Sunday, November 28, 2010

Perjalanan Media Diplomasi

PERJALANAN Unit Kesenian Unpad ke Eropa, khususnya Prancis, menurut Atase Kebudayaan RI di Prancis, Sudradjat, menjadi media diplomasi strategis secara budaya. KBRI merasa terbantu dengan program seni yang dipergelarkan. Apalagi tim juga tampil di ajang pameran cokelat terbesar yang mendatangkan wisatawan dari berbagai kota dan negara di Eropa. Termasuk berkeliling ke kota-kota kecil di Prancis yang sebagian besar penduduknya lansia.

Hal ini menurut Sudrajat, dapat "mendulang" pasar wisata Indonesia sekaligus. Di ajang pameran "Salon Du Chocolat" dapat mengenalkan Indonesia ke berbagai negara, sedangkan di berbagai kota kecil di Prancis dapat menggaet para lansia untuk berwisata. Mengingat para lansia Prancis merupakan pelaku wisata Eropa terbanyak yang mengunjungi Indonesia.

"Jadi, bila secara ekonomi, sosial, politik, dan perkembangan teknologi Indonesia masih sulit berbicara di kancah dunia, melalui seni dan budayalah, media diplomasi strategis bagi Indonesia," ujarnya.

Dari sisi akademisi, Dr. Ramdan Panigoro memaparkan, selain misi kesenian yang dipentaskan di berbagai tempat termasuk di perguruan tinggi, melalui tim ini Unpad telah berhasil membuka peluang kerjasama dengan dua perguruan tinggi. Scienes Po Universitiy di Le Harve (Prancis) dan Leiden University di Amsterdam).

Kerja sama dengan Scienes Po University dimediasi langsung oleh Guru Busar Ekonomi yang juga menjabat sebagai Pembantu Rektor II Unpad Prof. Dr. Rina Indiastuti, SE, MSEI, mengingat konsentrasi perguruan tinggi tersebut lebih pada bidang ekonomi. Sedangkan kerja sama dengan Leiden University merupakan lanjutan dari kerja sama yang sudah dilakukan sebelumnya dengan Unpad.

Kerja sama ini menurut Dr. Ramdan Panigoro, berkenaan dengan peluang penelitian dan pengembangan fitofarmaka. Setelah sebelumnya Unpad dan universitas tersebut bekerja sama dalam program "Integrated Microfinance Management" (IMM). Bahkan, pada saat Unit Kesenian Unpad berada di Amsterdam pun, Unpad bekerja sama dengan Leiden University sedang menggelar seminar internasional tentang jamu di Bandung.

Ramdan menilai, seni sebagai media diplomasi perguruan tinggi, sangat fleksibel dan tidak kaku. Banyak calon mahasiswa maupun dosen yang tertarik melakukan penelitian di Unpad setelah menyaksikan pertunjukan yang dipersembahan tim. Itu artinya, kata Ramdan, seni Sunda telah menjadi "ikon" bagi masyarakat Eropa dalam mengenal Unpad.

"Saya kira langkah ini tidak salah, sebab di satu sisi seni Sunda terus berkembang di Unpad dan dikenal masyarakat dunia. Sedangkan di sisi lain, melalui seni Sunda pula, Unpad berhasil menjajaki berbagai kerja sama untuk mengembangkan lembaganya secara akademik," ujarnya.

Selain itu, pada saat pentas di Leiden University, tim juga berhasil mengumpulkan dana kemanusiaan untuk korban tsunami di Mentawai dan Gunung Merapi di Jawa Tengah. Hal itu mengemuka setelah Wakil Duta Besar RI di Amsterdam Umar Hadi dan Director LEAD Programme Unversitas Leiden, Prof. Dr. Dr. (h.c.) L. Jan Slikkerveer menyampaikan pidato kemanusiaannya seusai pementasan sehingga ribuan euro pun terkumpul untuk disumbangkan.

"Seni (baca: Sunda, red) itu memang luar biasa. Mampu berbicara universal. Batas bangsa dan negara pun menjadi lebur. Tidak ada lagi perbedaan, yang ada hanya persamaan rasa akan keindahan," ujar Tuti C. Atmawidjaja, warga Indonesia yang sudah lama tinggal di Den Haag saat menyampaikan komentarnya tentang pertunjukan Unit Kesenian Unpad di Leiden University. (Eriyanti/"PR")

Sumber: Khazanah, Pikiran Rakyat, Minggu, 28 November 2010

2 comments:

Lelly said...

Salam buat Euceu Tuti C Atmawidjaja

IJAL said...

saha tah tuti c atmawidjaja teh? asa kenal