”Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
Kehadirat-Mu Tuhan...”
Lagu ”Syukur” gubahan H Mutahar itu mengalun tanpa kata-kata namun diucap lewat petikan gitar harpa berdawai 21 oleh gitaris Iwan Hasan. Saat gitar berdenting, lilin-lilin menyala. Lagu itu menjadi semacam doa untuk Tanah Air pusaka yang kini tengah tertimpa bencana. ”Syukur” dipanjatkan dalam pergelaran ”Dari Gitaris untuk Indonesia” di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (5/11) malam.
Gitaris Ireng Maulana ambil bagian dalam konser amal bertajuk "Dari Gitaris untuk Indonesia" di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (5/11) malam. Konser yang digagas oleh para gitaris ini bertujuan untuk menggalang dana bagi korban bencana alam di Indonesia. (K O M PA S / P R I YO M B O D O)
Begitulah cara seniman gitar mewujudkan empatinya kepada rakyat yang bertubi-tubi tertimpa bencana. Mulai banjir bandang di Wasior, tsunami di Mentawai, sampai letusan Merapi. Para gitaris mengajak rakyat untuk mengumpulkan dana yang akan disumbangkan kepada para korban lewat Dana Kemanusiaan Kompas.
Seperti dalam pertunjukan rakyat, pada acara tersebut orang-orang bergerombol. Di antara mereka tampak Arifin Panigoro, Ratih Sanggarwati, Lala Hamid, Maya Hasan, dan khalayak dari berbagai kalangan. Mereka mengumpulkan uang lewat saweran ke dalam kotak amal. Rimba (16), pelajar SMA dari Kebayoran Lama, memasukkan uang Rp 5.000 ke dalam kotak. ”Cuma goceng aja. Itu yang ada di kantong saya. Tinggal sisa buat naik angkot,” kata Rimba yang ditertawakan teman-temannya. Namun, dari yang ”cuma goceng” itu, kemarin malam terkumpul uang sebanyak Rp 534.077.900.
Tak sedikit hadirin yang memasukkan lembaran Rp 100.000. Posko Jenggala menyumbang Rp 100 juta. Ada pula yang memilih memberi via rekening. Ada pula penyumbang, tetapi tidak hadir, seperti Trimedya Panjaitan, Pramono Anung, OC Kaligis, Hotma Sitompul, Hotman Paris Hutapea, Wisnu Chandra, Palmer Situmorang, juga PT Jaya Ancol. Pemandu acara Alvin Adam, Anya Dwinov, dan Ivi Batutah dengan luwes dan segar memandu lelang.
Pada acara tersebut juga diadakan lelang gitar. Sebuah gitar Fender Stratocaster model EJ milik Setiawan Djody terjual pada harga Rp 15 juta. Roy, lelaki yang menjadi penawar terakhir pada lelang itu, langsung menjajal gitar elektrik tersebut dengan memainkan sepotong riff lagu ”Smoke on the Water” dari Deep Purple. Gitar milik Piyu terjual seharga Rp 35 juta dengan pembeli Sandrina Malakiano yang datang bersama sang suami, Eep Syaifullah.
Sedangkan gitar milik Dewa Budjana terjual dengan harga Rp 40 juta. Pembelinya adalah Tony Sianipar yang mengaku terketuk hatinya untuk datang karena mempunyai kenangan dengan Yogyakarta, tempatnya bersekolah dulu. Di tengah lelang, Budjana memainkan gitar tersebut untuk mengiringi Armand Maulana menyanyikan lagu ”Akhirnya” gubahan Oddie Agam. Penonton yang terbawa suasana khusyuk ikut melantunkan lagu tersebut.
Tulus
Pergelaran amal ”Dari Gitaris untuk Indonesia” tergagas spontan dari komunitas para gitaris. Dari obrolan gitaris seperti Piyu, Baron, Dewa Budjana, John Ivan, dan kawan-kawan, disepakatilah untuk membuat pergelaran amal. Mereka kemudian mengajak bekerja sama Bentara Budaya Jakarta dan harian Kompas untuk mewujudkan acara penggalangan dana tersebut.
Mereka ikut bergabung tanpa sama sekali menimbang urusan honor. Mereka dengan tulus ingin membantu korban bencana.
Tersebutlah gitaris seperti Ian Antono, Irfan ”Samsons”, Diat ”Yovie Nuno”, Echank, Baron, Abdee Negara, Adrian Adioetomo, Kin ”The Fly”, Yai Item, John Paul Ivan, Taraz, Edo Widiz, Stephan Santoso, Deni Chasmala, Andra, Stevie Item, Iman, Sonny ”JRocks”, Tohpati, Iwan Hasan, Jubing Kristianto, sampai Ireng Maulana. Bergabung pula penyanyi Armand Maulana dan Audi.
Gitaris senior Ian Antono yang dihormati oleh gitaris muda itu mengatakan, para gitaris memang memiliki rasa guyup. Mereka terbiasa berkomunikasi, bersilaturahim.
Pergelaran ditutup dengan lagu ”Rumah Kita” yang dibawakan bersama-sama oleh semua pendukung acara. Khalayak dan seniman menyatu dalam lagu dengan ikut melantunkan lirik lagu. ”Rumah Kita” yang dipopulerkan band GodBless itu menjadi semacam doa penutup.
”Segala nikmat dan anugerah yang kuasa
Semuanya ada di sini...”. (CAN/IAM/XAR)
Sumber: Kompas, Sabtu, 6 November 2010
No comments:
Post a Comment