Jakarta, Kompas - Banyak hal positif yang muncul dari keterlibatan warga dalam menyampaikan informasi ke tengah publik dewasa ini hingga melahirkan sebutan jurnalisme warga. Selain melengkapi informasi yang tidak terliput oleh jurnalis media utama—mainstream media—masyarakat juga bisa mengemukakan apa yang penting menurut pertimbangannya, bukan semata menurut pertimbangan redaktur.
Pandangan di atas mengemuka dalam seminar nasional bertema ”Jurnalisme Warga dan Keterbukaan Informasi Publik untuk Semua” yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Terbuka (UT) di Kampus UT, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (11/11).
Rektor UT Prof Tian Belawati, dalam sambutannya, mengatakan, topik jurnalisme warga (citizen journalism) sekarang ini tepat waktu, seiring dengan meningkatnya tingkat partisipasi masyarakat dalam penyebarluasan informasi, didukung oleh ketersediaan teknologi yang semakin terjangkau (seperti akses internet). Di pihak lain, media pun merespons perkembangan baru tersebut. Kini, tidak sedikit materi pemberitaan, seperti foto atau video, yang berasal dari pembaca atau pemirsa.
Namun, perkembangan baru ini, menurut Rektor UT, pada satu sisi juga membuat media seperti kehilangan kemudi, mengingat setiap orang bisa menyampaikan berita. Tanpa dibicarakan dan disertai edukasi memadai tentang jurnalisme warga, perkembangan yang diharapkan menghasilkan hal-hal baik itu justru bisa memunculkan hal sebaliknya.
Peneliti politik LIPI, Dr Siti Zuhro, menyatakan, semakin menguatnya keterbukaan informasi, antara lain diikuti dengan berkembangnya jurnalisme warga, membuat warga semakin berdaya dan pada sisi lain pemerintah semakin terbuka. (nin)
Sumber: Kompas, Jumat, 12 November 2010
No comments:
Post a Comment