Palembang, Kompas - Para raja, sultan, dan pemangku adat dari 155 kerajaan atau keraton se-Nusantara siap berpartisipasi memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satunya menjaga kekayaan nilai adat budaya sehingga bisa dimanfaatkan sebagai aset pariwisata nasional.
Puluhan wakil dari Kesultanan Bima melintasi kawasan Benteng Kuto Besak dan Jembatan Ampera, Kota Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (27/11). Kirab Agung diikuti 155 kerajaan dan keraton dari Nusantara dan tujuh perwakilan kerajaan dari mancanegara. (KOMPAS/BONI DWI PRAMUDYANTO)
Demikian disampaikan Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin dari Kesultanan Palembang Darussalam sebelum Musyawarah Besar sekaligus Deklarasi Pembentukan Lembaga Adat Nusantara dalam rangkaian Festival Keraton Nusantara VII di Kota Palembang, Minggu (28/11).
Selain musyawarah dan deklarasi, kegiatan pada hari terakhir atau hari ketiga FKN VII ini antara lain pameran benda pusaka keraton dan kerajaan di Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, pentas seni tari keraton dan kerajaan di Benteng Kuto Besak, serta pembentukan koperasi.
Pameran pusaka
Menurut Sultan, semua peserta membawa benda-benda pusaka dari tempatnya untuk diperkenalkan kepada peserta lain, termasuk publik Palembang. Di pameran, Kesultanan Palembang Darussalam juga memamerkan benda pusaka peninggalan Raja SMB I dan SMB II, antara lain keris, tongkat, manuskrip kuno, dan tombak.
”Pameran benda pusaka yang berlangsung selama tiga hari ini cukup direspons masyarakat karena pengunjung Museum SMB II diperkirakan lebih dari 1.000 orang,” katanya.
Selain pameran, semua peserta FKN VII juga memperkenalkan tarian tradisional khas keraton dan kerajaan. Sultan Palembang menjamin sepenuhnya keunikan tarian-tarian ini karena ada perbedaan dengan tarian daerah.
Berdasarkan susunan acara, lebih dari 100 tarian keraton dan kerajaan akan ditampilkan sejak sore sampai malam selama acara itu. Semangatnya yakni memperkenalkan tarian yang sangat jarang dipentaskan ini agar tidak hilang tergilas modernisasi.
”Tetapi ingat, kita tidak antimodernisasi. Hanya jangan sampai kita terlena dengan perubahan zaman tanpa mempertahankan budaya tradisi. Jika semua adat budaya dari keraton terjaga dengan baik, negara ini akan diuntungkan dari sisi pariwisata,” ujar Sultan Iskandar.
Tak politis
Ketua Panitia FKN VII Ismed Adiguna menambahkan, ajang pertemuan para pemimpin adat budaya dan pergelaran seni keraton setiap dua tahun sekali ini jangan diartikan sebagai salah satu upaya membangkitkan semangat feodalisme. FKN VII juga tidak diarahkan untuk menjadi ajang politik, perebutan kekuasaan, atau isu disintegrasi.
”Sebaliknya, ini merupakan event perjumpaan para pelaku budaya dan semangatnya justru untuk mempererat tali silaturahim di antara lembaga-lembaga adat, yang diharapkan bisa meningkatkan nasionalisme sebagai bagian dari Indonesia,” ujarnya. (ONI)
Sumber: Kompas, Senin, 29 November 2010
No comments:
Post a Comment