Saturday, November 13, 2010

Obituari: Selamat Jalan Om Des...

PELAKU sejarah yang juga spesialis penghimpun dokumentasi sejarah Indonesia sejak zaman perjuangan, Des Alwi Abubakar (83), meninggal di rumahnya di Jalan Biduri N1/7 Perumahan Permata Hijau, Jakarta Selatan, Jumat (12/11). Astuti Alwi, menantu Om Des (demikian sapaan akrab Des Alwi), mengatakan, ayah mertuanya itu menjalani operasi jantung pada 20 Oktober silam di sebuah rumah sakit di Cinere.

Pelaku sejarah Des Alwi dilepas secara militer dari rumah duka di kawasan Permata Hijau, Jakarta, Jumat (12/11), menuju Halim Perdanakusuma, Jakarta. Des Alwi dimakamkan di Banda Neira hari Sabtu ini. (KOMPAS/ALIF ICHWAN)

”Beliau sempat koma delapan hari. Setelah sadar dan bisa berkomunikasi dengan keluarga, almarhum minta pulang ke rumah agar bisa dekat dengan cucu dan anak-anak,” kata Astuti. Semalam sebelum meninggal, Des Alwi masih sempat bergurau dan memberikan uang jajan kepada Astuti, anak-anaknya, dan para cucu.

Des Alwi memiliki empat anak dan lima cucu. Sebagian cucunya tinggal serumah di Permata Hijau. Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu menjelaskan, Om Des akan dimakamkan di tanah kelahirannya di Banda Neira, Sabtu (13/11), setelah disemayamkan semalam di DPRD Maluku, Ambon.

Wakil Presiden Boediono seusai melayat menjelaskan, Des Alwi mendapat pemakaman kenegaraan karena jasanya sebagai pejuang. ”Beliau memiliki banyak jasa dan terlibat dalam perang kemerdekaan saat berada di Jakarta. Des Alwi menjadi saksi sejarah sejak kecil bersama Bung Hatta, Sutan Sjahrir, dan lain-lain,” kata Boediono.

Juru Bicara Wapres Yopie Hidayat di Istana Wapres, Jakarta, menambahkan, setelah pemilu tahun lalu menetapkan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono sebagai calon presiden dan wapres terpilih, Boediono ingin mendapatkan inspirasi keindonesiaan melalui kunjungannya ke pulau-pulau kecil, di antaranya Pulau Banda.

”Selama di Pulau Banda, Wapres mendapatkan inspirasi melalui percakapan dan diskusinya bersama almarhum. Kepergian Des Alwi jelas sebuah kehilangan teman inspirasi bagi Pak Wapres,” kata Yopie.

Des Alwi dinilai berjasa mempromosikan Banda, seperti dalam program Sail Banda 2010.

Beberapa waktu lalu, Om Des menceritakan kisah perjuangannya semasa pendudukan NICA (pemerintahan sipil Hindia Belanda) di Jakarta kepada Kompas. ”Pasukan pendudukan Inggris waktu itu Divisi Fighting Cock dari British India. Kita selundupkan senjata di kereta api yang berangkat dari Jatinegara ke Cikampek, wilayah republik. Semasa konfrontasi dan operasi antikomunis, saya bersama teman-teman mengirim dana untuk operasional melawan komunis di Indonesia,” ujar Om Des ketika itu.

Sejumlah kerabat dekat Des Alwi, seperti keluarga Sumitro Djojohadikusumo, keluarga Sutan Sjahrir, keluarga Mohammad Hatta, dan tokoh-tokoh politik antikomunis yang berselisih pandangan dengan Bung Karno pada era PRRI/Permesta, terlihat hadir di rumah duka.

”Om Des meminta saya membeli koleksi dokumenternya. Dokumentasi beliau tidak ternilai harganya. Koleksi itu sudah saya miliki dan akan dirawat sebagai warisan sejarah,” kata Hashim Djojohadikusumo.

Hashim mengaku keluarga besar Sumitro Djojohadikusumo yang terpaksa mengasingkan diri dari Indonesia pada tahun 1964-1966, bersama keluarga Des Alwi, sama-sama bermukim di Kuala Lumpur, Malaysia, semasa konfrontasi ”Ganyang Malaysia”. ”Selepas tahun 1966, kami pindah ke Eropa, tetapi masih berhubungan baik dengan keluarga Om Des,” katanya.

Des Alwi dinilai berjasa dalam proses perdamaian Indonesia-Malaysia bersama dengan Ali Moertopo dan Benny Moerdani.

Sinolog Myra Sidharta terlihat di antara pelayat bersama keluarga besar Sutan Takdir Alisjahbana. Myra menjelaskan, keluarga Sidharta sama-sama tinggal di Petaling Jaya, Kuala Lumpur, pada kurun 1968-1970.

”Om Des itu suka melucu. Dia melayat ketika suami saya meninggal tahun 2003 dan berkata ’see you in paradise’,” kata Myra.

Mita, cucu Om Des, mengatakan, kakeknya masih bergurau dan berbincang dengan para cucu semalam. ”Tahu-tahu tadi pagi waktu suster mau menggantikan baju ternyata Opa sudah tak ada,” kata Mita dan para cucu yang terlihat terpukul atas kepergian sang kakek.

Mantan Menteri Lingkungan Hidup Sarwono Kusumaatmadja yang datang pagi-pagi ke rumah duka mengatakan mengenal Des Alwi semasa menjabat menteri. ”Saya tiga kali berkunjung ke Banda. Beliau banyak inisiatifnya untuk menjadikan Banda sebagai warisan dunia,” katanya.

Sejumlah tokoh pers, seperti Jakob Oetama dan Fikri Jufri, terlihat melayat di rumah duka.

Jenazah Des Alwi diberangkatkan dari rumah duka pukul 14.15 menuju Halim Perdanakusuma untuk diterbangkan ke Ambon. Selamat jalan Om Des....

(ONG/HAR)

Sumber: Kompas, Sabtu, 13 November 2010

No comments: