Friday, November 19, 2010

Musik Angklung: Kolaborasi yang Memesona

DIMAINKAN dalam warna dan genre apa pun, musik angklung tetap memukau dan memesona. Penampilan angklung tradisional Reog Buncis dari Banjaran yang berlaraskan pentatonik, angklung massal yang bernada diatonik kromatik, dan angklung Indonesia masa depan yang dimainkan kelompok Arumba, Kamis (18/11) malam di Bentara Budaya Jakarta, mencerminkan kekayaan budaya Indonesia tersebut.

Pertunjukan angklung modern dimainkan kelompok musik asal Bandung membuka pameran purwarupa angklung Indonesia di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (18/11). Pertunjukan dan pameran angklung yang berlangsung hingga 27 November 2010 tersebut menyambut disahkannya angklung sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. (KOMPAS/LUCKY PRANSISKA)

Setelah angklung disahkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda dari Indonesia, 16 November 2010, dalam sidang ke-5 di Nairobi, Kenya, ratusan pengunjung Pameran Purwarupa Angklung Awi-awi Mandiri 2010 dan Pagelaran Musik ”Mendengarkan Indonesia” mendapat suguhan musik angklung yang begitu kaya, unik, dan langka dari kelompok Saung Angklung Udjo.

Angklung Buncis dari Banjaran, yang tradisional, dimainkan generasi tua. Suatu pertanda, perlunya regenerasi untuk jenis angklung tradisional ini. Sedangkan angklung massal dimainkan anak-anak sekolah. Lima lagu Nusantara dimainkan dengan apik dan memukau.

Ketika musik angklung dimainkan kelompok Arumba, terlihat betapa angklung bisa dikolaborasikan dengan jenis alat musik lain.

Arumba, yang sudah pentas ke sejumlah negara, tampil luar biasa membawakan komposisi musik instrumentalia berjudul ”Take Five” dan ”Juwita Malam” yang dinyanyikan trio dengan genre yang variatif.

Ratusan penonton yang memadati halaman Bentara Budaya Jakarta dibuat terpesona dengan alunan musik angklung tersebut.

Tidak hanya pertunjukan musik angklung yang menarik, pameran purwarupa angklung yang dibuka wartawan senior Kompas Ninok Laksono juga tak kalah menariknya. Pameran merupakan upaya untuk memperkenalkan khazanah budaya angklung, sekaligus untuk membuka cakrawala mengenai sejarah, perkembangan, dan fungsi angklung tidak hanya bagi masyarakat dunia, tetapi juga dunia.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, yang ditemui secara terpisah, mengatakan, UNESCO menetapkan angklung sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda antara lain karena angklung merupakan seni musik yang mengandung nilai-nilai dasar kerja sama, saling menghormati, dan keharmonisan sosial yang merupakan bagian utama identitas budaya masyarakat di Jawa Barat dan Banten.

”Tugas ke depan bagaimana melestarikan, mengembangkan, dan melakukan regenerasi serta mempromosikan nilai-nilai dalam musik angklung,” ungkap Jero Wacik. (YURNALDI)

Sumber: Kompas, Jumat, 19 November 2010

No comments: