BANDAR LAMPUNG (Lampost): Penerapan sistem pendidikan oleh pemerintah masih terpaku pada simbol dan angka. Akibatnya, pendidikan bersifat kamuflase, manipulatif, dan cenderung berbahaya karena tidak mencerminkan kompetensi sesungguhnya.
Hal itu terungkap dalam diskusi bertema Membangun pendidikan berkarakter bagi bangsa hasil kerja sama Nasional Demokrat, Lampung Post, dan Forum Martabat Guru Indonesia (FMGI) di kantor Lampung Post, Senin (1-11).
Profesor Suharso, guru besar termuda dari Universitas Lampung, mengatakan sumber daya manusia Indonesia saat ini tertinggal, tidak kompetitif, dan kalah dari negara-negara lain karena dunia pendidikan penuh kamuflase dan manipulatif.
"Keberhasilan dalam dunia pendidikan kita hanya sebatas pada nilai. Seseorang dinilai berhasil jika lulus dengan nilai sekian. Padahal, setiap anak memiliki nilai dan keunggulan masing-masing," kata dia.
Hal senada juga diutarakan Plt. Kepala Dinas Pendidikan Way Kanan Gino Vanollie yang hadir dalam diskusi tersebut. Menurut dia, pemerintah telah mengonstruksi sedemikian rupa sehingga yang terjadi di lapangan penuh dengan kebohongan.
Ia menyatakan kebijakan dalan ujian nasional, misalnya, cukup memojokkan para guru sehingga terciptalah kebohongan dan rekayasa dalam ujian nasional karena berhasil tidaknya pendidikan kita seolah tergantung pada nilai.
Sementara itu, Rektor Universitas Malahayati Mustofa Usman menyatakan kemajuan suatu bangsa sangat tergantung pada kebijakan yang diambil negara dalam menerapkan sistem pendidikan bagi rakyatnya. Kegagalan dalam menerapkan pendidikan akan berakibat fatal pada sektor lainnya.
Merosotnya ekonomi, praktek dalam dunia politik, buruknya birokrasi serta permasalahan lainnya bermula pada kesalahkaprahan dalam menerapkan konsep pendidikan. Untuk itu, ia menyarankan agar arah dan tujuan pendidikan harus dikaji ulang.
"Esensi pendidikan anak adalah proses pendewasaan pola berpikir anak. Berbasis pada pemahaman konsep dan bukan mengejar nilai. Celakanya yang terjadi saat ini justru sebaliknya. Anak dilatih bukan untuk memahami ide atau suatu konsep, melainkan lebih pada kemampuan mengerjakan soal," kata Mustofa.
Riki Tamba dari Nasional Demokrat menyatakan persoalan-persoalan pendidikan yang terjadi di lapangan tidak terlepas dari persoalan yang ada di tingkat kebijakan. Agar dapat menyelesaikan persoalan di hilir, persoalan di hulu harus diselesaikan terlebih dahulu.
"Agar bangsa kita memiliki karakter, sistem pendidikan yang berkarakter harsus diterapkan. Untuk itu, Nasional Demokrat sendiri memiliki agenda untuk merestorasi konsep pendidikan di Indonesia yang tentunya berwawasan dan menjunjung sistem nilai yang dimiliki bangsa kita sendiri," ujarnya. (MG14/S-1)
Sumber: Lampung Post, Selasa, 2 November 2010
No comments:
Post a Comment