Jakarta, Kompas - Gatotkaca, kesatria Pringgandani yang gagah perkasa, adalah tokoh termasyhur dalam kisah kepahlawanan Mahabharata. Riwayatnya dari lahir hingga gugur sebagai pahlawan Pandawa—termasuk kisah cintanya dengan Pergiwa—amat menggugah penggemar epik besar ini. Dikemas dalam seni wayang orang, kisah hidup Gatotkaca ini, dengan judul ”Banjaran Gatotkaca”, akan dipentaskan di gedung opera prestisius Sydney Opera House, Australia, 18 Desember mendatang.
Banjaran Gatotkaca menampilkan roman antara kesatria Gatotkaca dan Pergiwa dalam pergelaran geladi resik di Balai Sarbini, Jakarta, Senin (22/11). Cuplikan kisah Mahabharata ini akan ditampilkan di Gedung Sydney Opera House, Australia, 18 Desember mendatang. (KOMPAS/NINOK LEKSONO)
Pergelaran geladi resik ”Banjaran Gatotkaca” berlangsung di Balai Sarbini, Jakarta, Senin (22/11) malam, dihadiri oleh sejumlah tokoh, termasuk perwakilan dari Sydney Opera House (SOH). Pemrakarsa dan penanggung jawab ”Banjaran Gatotkaca”, Jaya Suprana, sebelum pergelaran menyampaikan bahwa dirinya bertekad membawa wayang orang ke panggung dunia atas pesan mendiang Ki Nartosabdo yang berpesan kepadanya bahwa kalau ada seni yang harus dibantu kelangsungan hidupnya, itu adalah wayang orang.
Pemeran Gatotkaca, Nanang Riswandi, telah menemukan bentuk untuk menghadirkan sosok Gatotkaca yang gagah dan sakti, mahir berlaga, tetapi juga bertekuk lutut pada pesona kecantikan Pergiwa (Aylawati Sarwono).
Harus dipuji juga penampilan seniman yang sebagian berasal dari Wayang Orang Bharata dan keelokan tari yang digarap oleh tim pimpinan Surip Handayani dan Eko Supriyanto (untuk tari kontemporer) serta penata gending (Kadar Sumarsono). Penyutradaraan Supono dan timnya juga efisien sehingga tata gerak di panggung terasa hidup. Pendukung pergelaran yang ikut menghidupkan adalah animasi multimedia yang digarap oleh Doddy Dharma Purba.
Memanfaatkan waktu tiga pekan yang tersisa, ada baiknya tim produksi dapat lebih jauh menggarap vokal pemain yang masih belum optimal—belum terasa hadir di kursi penonton—dan menambah teks di layar multimedia. Yang terakhir ini mengingat banyak idiom dan ekspresi artistik yang amat lokal (Jawa).
Namun, hadirnya perwakilan dari SOH dan Kedutaan Australia menggarisbawahi antusiasme pihak Australia sendiri untuk menyaksikan keelokan ”Banjaran Gatotkaca” di panggung SOH yang amat melegenda. (nin)
Sumber: Kompas, Rabu, 24 November 2010
No comments:
Post a Comment