POLITISI Malaysia tidak sekadar pandai menyatakan, guru tonggak pembangunan intelektual. Keyakinan itu diwujudkan dengan aturan yang jelas tentang standar dan kualitas guru.
Tidak berhenti di atas kertas, nyatanya guru Malaysia memang memiliki status, kondisi kerja, dan pengembangan diri yang lebih baik dibandingkan guru di Indonesia.
Presiden Persatuan Pendidikan Malaysia Dato Ibrahim bin Ahmad Bajunid yang hadir di Kantor Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Jakarta, beberapa waktu lalu, mengatakan, perubahan kebijakan negara yang meningkatkan martabat guru memberikan ruang untuk menghasilkan guru-guru bermutu. Sebab, guru-guru yang berkualitas itu jadi tumpuan bagi Malaysia untuk mewujudkan visi menjadikan warga negaranya berilmu dan berpendapatan tinggi.
”Pendidikan berkualitas bagi semua warga, termasuk yang di perbatasan, tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jadi, guru perlu punya pendidikan yang baik, kepribadian yang baik, dan memiliki penguasaan teknologi digital masa kini,” kata Ibrahim.
Deputy President Persatuan Pendidikan Malaysia Dato Hussein bin Ahmad menambahkan, dalam lima tahun terakhir, Malaysia memperkuat dan meningkatkan motivasi serta profesionalisme guru. Perekrutan guru bukan cuma melihat kualitas intelektual, melainkan juga kepribadian.
Guru mesti ikut pelatihan dan pendidikan sekitar 40 jam per tahun untuk pelatihan secara berjenjang yang dibiayai negara. Guru yang mampu mengembangkan diri dan berprestasi dihargai, baik dalam jenjang karier maupun insentif.
Guru-guru pun mulai mengubah cara mengajar yang tradisional dengan cara-cara yang baru dan kreatif. Bahkan, guru-guru telah diarahkan untuk menguasai teknologi digital.
Hussein mengatakan, anggaran pendidikan nasional 22-24 persen dari total anggaran belanja Malaysia. Anggaran militer justru lebih kecil.
Kebijakan memperkuat guru, ditambah lagi dengan menyediakan fasilitas pendidikan, yang kualitasnya merata di seluruh Malaysia membuahkan hasil. Kenyataannya, lompatan Malaysia dalam peningkatan sumber daya manusia lewat peran besar pendidikan di tingkat global melesat jauh dibandingkan Indonesia.
Daya saing Malaysia di tingkat global berada di posisi ke-26, sedangkan Indonesia di urutan ke-44. Indeks pembangunan manusia Malaysia berada di kelompok tinggi di urutan ke-66, sedangkan Indonesia di kelompok medium pada urutan ke-111.
Malaysia berhasil belajar dari pengalaman masa lalu. Malaysia pernah memiliki masalah serius soal guru sehingga meminta bantuan dari Indonesia untuk mengirimkan guru-gurunya ke negeri jiran itu pada 1968.
Indonesia memang mulai mereformasi guru. Namun, sayangnya baru sebatas hal-hal yang bersifat administratif lewat sertifikasi guru.
Ada kebijakan bahwa guru yang mau naik golongan dalam empat tahun harus memiliki bukti ikut diklat 180 jam atau 48 jam per tahun. Tapi, diklat itu mesti dibiayai guru sendiri.
Ada juga kesempatan diklat dari pemerintah. Namun, selain terbatas dan diskriminatif karena mengutamakan guru pegawai negeri sipil, materinya juga tidak menyentuh kebutuhan guru untuk kreatif dan inovatif dalam pembelajaran di kelas.
Ketua Harian Pengurus Besar PGRI Unifah Rosyidi mengatakan, program pendidikan dan pelatihan guru berkelanjutan belum berjalan. Adapun Malaysia memiliki rancangan yang jelas dalam peningkatan mutu guru.
Untuk itu, PGRI segera akan membuat pusat pelatihan dan peningkatan profesi guru. Organisasi guru mesti berada di depan untuk bisa memberdayakan diri dan kualitas para guru.
Kerja sama dengan organisasi guru Persatuan Pendidikan Malaysia pun dibangun. Kedua negara ini hendak saling belajar dan saling melengkapi.
Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Sulistiyo mengatakan, persoalan guru Indonesia sangat khas sehingga mesti ditangani secara khas pula. Misalnya soal kualitas guru yang mesti ditingkatkan, tingkat kesejahteraan guru, dan persebaran yang tidak merata. ”Yang terpenting, pemerintah memiliki komitmen untuk meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan guru serta komitmen ini diwujudkan dalam upaya yang konkret,” ujarnya. (ELN)
Sumber: Lampung Post, Rabu, 10 November 2010
No comments:
Post a Comment