Sunday, July 19, 2009

[Buku] Menanti "Presiden Gila"

Judul: Menanti "Presiden Gila"
Penulis: Handoko Yudha Prawira
Penerbit: Yudha Prawira
Cetakan I, Juni 2009

MENJELANG Pilpres 2009, Handoko Yudha Prawira menerbitkan sebuah buku dengan judul yang sangat menarik, Menanti "Presiden Gila". Apa yang dituliskannya dalam bukunya yang pertama ini sebenarnya menjadi cita-citanya sebagai mantan Ketua Umum Partai Demokrasi Perjuangan Rakyat (PDPR) yang dua kali pemilu tidak pernah lolos.

Handoko berpikir, untuk memperbaiki Indonesia dibutuhkan seorang "Presiden Gila". Gila yang dimaksud di sini adalah sosok pemimpin yang rela berbakti total seikhlas-ikhlasnya untuk negara, yang mau menanggalkan kepentingan pribadi, dan tidak banyak menyucapkan janji manis.

Mengapa harus gila, karena kondisi kehidupan negara dan bangsa Indonesia berada di tengah "kegilaan", karena tumpukan masalah yang tidak lekas diselesaikan. Oleh karena itu, dibutuhkan munculnya "Presiden Gila" untuk membenahi kegilaan-kegilaan yang terjadi.

"Presiden Gila" adalah seorang pemimpin bagi semua golongan, ia tidak ragu mengorbankan tenaga, waktu, dan harta. Bila perlu, jiwa raga untuk kepentingan rakyat Indonesia. Bahkan menurut Handoko, "Presiden Gila" itu harus berani menyerahkan 50 persen hartanya kepada rakyat. Pasti presiden yang seperti ini didukung rakyat dan tidak akan susah memerintah, karena seluruh rakyat akan berpartisipasi penuh mendukungnya.

"Presiden Gila" juga tidak hanya mengunjungi petani ketika masa panen raya tiba atau hanya untuk propaganda iklan politik saat menjelang pemilu. Tetapi, justru pada musim pacekelik seorang presiden harus mengunjungi petani yang dilanda kesulitan. Ia harus melakukan evaluasi dan koreksi terhadap penyebab terjadinya pacekelik.

Agar dapat menjadi "Presiden Gila" seseorang harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu jujur, sederhana, disiplin, bertanggung jawab dan kesatria.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Ahmad Syafi'i Ma'arif memberi komentar bahwa apa yang ditampilkan dalam buku ini tidak muluk-muluk, bagaimana memperbaiki negara ini.

Sedangkan mantan Wakil Ketua KPK Erry Riyana Hardjapamekas menilai apa yang dituangkan Handoko dalam bukunya ini merupakan mimpi banyak orang waras di negeri ini. [M-5]

Sumber: Suara Pembaruan, Minggu, 19 Juli 2009 ]

No comments: