Sunday, September 01, 2013

[Jendela Buku] Ketajaman Intuisi yang Berujung Kesuksesan

KASKUS adalah komunitas daring terbesar di Indonesia dengan 22 juta pengguna serta 6 juta anggota. Lewat buku Ken & Kaskus (Cerita Sukses di Usia Muda), CEO Kaskus Ken Dean Lawadinata berbagi pengalaman.

Ken & Kaskus menguak perjuangan yang terbilang nekat dari seorang anak muda yang meyakini intuisinya dan berani memperjuangkan impian.

Biografi yang digarap oleh Alberthiene Endah ini ditulis dari sudut pandang Ken, CEO Kaskus sekaligus sepupu Andrew Darwis sang pendiri Kaskus. Buku setebal 301 halaman ini dikemas secara ringan dan banyak mengupas pergulatan Ken membesarkan dan mengembangkan Kaskus.

Andrew mendirikan Kaskus pada November 1999 di Seattle, Amerika Serikat. Pada 2008, Andrew dan Ken berkolaborasi mengelola Kaskus secara profesional. Hingga pada 2011, Kaskus diinvestasi oleh pemodal ventura Global Digital Prima (GDP), anak perusahaan Djarum. Kaskus mengklaim dirinya sebagai The Largest Indonesian Community.

Sosok Ken adalah tipikal anak muda kebanyakan yang memiliki semangat dan cara berpikir yang berbeda. Ken membuktikan bahwa kesuksesan dalam hidup tak melulu harus dilalui dengan pola yang baku, seperti pendidikan formal. Ia pun memilih menanggalkan status mahasiswanya di sebuah universitas di Seattle, AS. "Ada banyak jalan menuju keberhasilan," kata Ken dalam bukunya.

Titik balik bab kehidupan putra kedua dari pasangan Johnson Putra Lawadinata dan Wang Sioe Ing itu ialah saat ia hendak melanjutkan kuliahnya di Seattle. Di kota itu, ia bertemu Andrew Darwis. Naluri bisnisnya yang sudah terasah sejak kecil--ayah dan kakeknya seorang pebisnis--membuat Ken memutuskan bergabung dengan Andrew dan terobsesi mengembangkan Kaskus.

Hidup adalah pilihan. Pria kelahiran 6 Januari 1986 itu tak ingin setengah-setengah menjalani pilihannya. Ia pun memilih tak melanjutkan kuliahnya, keputusan yang banyak ditentang keluarganya. Singkat kata, pergulatan dan perjuangan Ken membangun Kaskus membuahkan hasil.

Lewat bukunya, Ken ingin menginspirasi anak muda untuk menciptakan tantangan serta membuat mimpi besar. Bagi dia, takaran suatu kesuksesan tidaklah muluk-muluk. "Jika orang berhasil dengan apa yang ia harapkan, ia telah sukses dengan hidupnya. Orang yang punya banyak hal tapi belum bahagia, ia belum mencapai kesuksesan," ujarnya.

Gaya penulisan Ken & Kaskus memang dibuat lebih ngepop ala anak muda. Alberthiene Endah, sang penulis, tak banyak menyajikan kekayaan diksinya dalam buku ini. Jadi, kelebihan Ken & Kaskus bukan dari gaya penulisan bukunya, melainkan dari pengalaman Ken sebagai anak muda yang sukses.

Hampir separuh buku ini berisi teladan cara mendidik anak 'nakal' seperti Ken. Dari sudut pandang anak muda disebut kritis, tapi mungkin sebagian orang tua melabelnya sebagai pembangkang. Di negeri yang miskin teladan ini, sosok Ken bisa jadi anutan. Dalam bukunya, sembari berbagi pengalaman, Ken juga membumbui dengan nasihat-nasihat yang jauh dari kesan menggurui. Ia menempatkan diri sebagai teman dan kakak.

"Saya ingin membakar semangat wirausaha generasi muda dan menginspirasi mereka untuk bermimpi setinggi-tingginya serta memperjuangkan apa yang diyakini. Tidak ada kesuksesan yang sifatnya instan dan jangan takut gagal. Konsistensi adalah kunci meraih kesuksesan," ujarnya. (Pol/M-2)

Sumber: Media Indonesia, Minggu, 1 September 2013


No comments: