Sunday, September 08, 2013

[Tifa] Memetakan Seni dalam Gerak

KETIKA keyakinan akan kekristenan mulai luntur, sebuah pemilihan juru selamat digelar. Sejumlah aktor tampil layaknya kaum Nazaret. Mereka berlomba-lomba mengambil posisi sebagai Yesus dalam proses audisi.

Di depan layar, para juri merepresentasikan Vatikan. Mereka berlaga layaknya ajang pencarian bakat. Semua mulai berdiskusi untuk memilih siapa aktor yang laik dan memiliki kemiripan dengan Yesus. Pemilihan pun berdasarkan gestur, karisma, dan kemiripan akan Yesus yang selama ini diingat umat melalui gambar visual.

Karya seni video berjudul Casting Jesus merupakan karya Christian Jankowski (Jerman) berdurasi 10 menit yang dipamerkan pada 6th Jakarta International Video Festival (JIVF) 2013 di Galeri Nasional, Jakarta, pada Kamis-Minggu, 5-15 September.

Dalam pameran tersebut, terdapat 29 karya dari 16 negara, dan 7 di antaranya dari Indonesia. Panitia juga memilih 20 karya dari 19 seniman dengan beragam pendekatan moda produksi, pilihan estetik, dan bentuk presentasi.

Sederet karya seniman video dari berbagai negara, antara lain, Roland Quelven (Prancis), Ben River (Inggris Raya), Callum Cooper (Inggris Raya), Carla Chan Ho-Choi (Hong Kong), Christoper Baker (Amerika Serikat), Doug Fishbone (Amerika Serikat/Inggris Raya), FaizaAhmad Khan (India), Gelare Khoshgozaran (Iran), Jeroen Offerman (Belanda), JohannaDomke dan Marouan Omara (Mesir), Jolene Mok (Hong Kong), JR Baldwin (Amerika Serikat), dan Julius von Bismarck (Jerman).

Lalu, ada Karel Doing (Belanda/Australia), Kentaro Taki (Jepang), LC von Sukmester (Belanda), Leonard Retel Helmrich (Belanda), Lukas Birk & Sean Roley (Austria & Irlandia), dan Marcantonio Lunardi (Italia). Untuk tuan rumah, ada karya-karya yang dihadirkan sederet nama seperti Abednegot Trianto, Arya Sukapura Putra, Bagasworo Aryaningtyas, Benny Wicaksono, dan Irwan Ahmett.

Direktur JIVF Mahardika Yudha mengaku perhelatan festival berbeda dengan sebelumnya, tahun ini banyak menghadirkan karya berbasis proyek yang direpresentasikan dalam bentuk kanal tunggal, kanal multi, dan instalasi objek.

“Pameran seni ini memberi kesan secara ilmiah bahwa seni video dapat membantu membebaskan daya kreatif seniman untuk berinteraksi dengan teknologi. Teknologi sebagai eksperimen saja,” ujarnya di sela-sela pameran.

Dengan memperhatikan semua karya yang dipajang selam hampir dua pekan itu mengingatkan kepada kita bahwa video (teknologi) dan seni memiliki hubungan yang kuat. Idealisasi dalam pameran tersebut cukup menyita perhatian pengunjung yang hadir malam itu.

Sejak penyelenggaraan pada 2003 silam, JIVF mengusung sebuah benang merah antara seni dan video yang tak terpisah. Tak mengherankan, kehadiran keduanya memiliki dampak positif pada perkembangan seni kontemporer di Tanah Air.

Pesan

Video sebagai gambar bergerak memiliki pesan. Setiap seniman video pun menghadirkan pesan tentang kondisi mulai perkotaan, politik, hingga kebudayaan.

Semua memiliki relevansi dengan peradaban suatu negara sehingga tak terbatas imajinasinya. Selain Jankowski, ada karya Helmrich yang cukup menggugah. Ia terinspirasi dari sebuah kehidupan keluarga kelas buruh asal Jawa Timur yang mengais rezeki di Jakarta dengan latar belakang keyakinan yang berbeda-beda.

Helmrich memamerkan hasil dokumenter trilogi berjudul The Eye of the Day, Shape of the Moon, dan Position Among the Stars yang dibuat berbeda-beda, yaitu 2001, 2004, dan 2010. Untuk mendapatkan kisah menarik, ia harus mengikuti para pekerja hingga ke perkampungan di Jawa Timur.

Terlepas dari keberadaan sederet seniman video seantero dunia yang hadir, karya Jankowski mampu menunjukkan kelas dengan menghadirkan sebuah karya terbaik. Sebagai seniman alumnus Academy of Fine Arts, Hamburg, karya-karyanya telah mendapatkan perhatian sejak Venice Biennale ke-48 pada 1999 silam.

Kini ia menghadirkan karya berupa seni dalam gerak bagi publik di Indonesia. Juga membukakan paradigma baru tentang sejarah yang bisa diciptakan kembali untuk sebuah peradaban. (Iwan Kurniawan/M-2)

Sumber: Media Indonesia, Minggu, 8 September 2013
 

No comments: