Sunday, September 01, 2013

[Tifa] Kartun Satire dari Balik Jeruji

PAMAN Sam memejam mata. Ada tulang tercekik di tenggorokannya. Wajah memeram seakan menunjukkan sang paman tak peduli dengan persoalan di Kuba sehingga membuatnya memutuskan untuk mengatup.

Topi khas dengan corak warna bendera Amerika Serikat (AS) menyiratkan sebuah kekuasaan. Baju berjas plus berdasi menyimbolkan Paman Sam bukanlah sembarang orang yang mau atau gampang percaya kepada siapa pun.

Gambaran itu jelas terlihat pada sebuah kartun berjudul Claro Que Cuba Duelle (Tentu saja Kuba Menyakiti) karya Gerardo Hernandez pada pameran bertajuk The Cuban Five di Galeri Kontras, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (27/8).

Karya-karya yang dihadirkan Hernandez merupakan satire atas penahanan politik dirinya seumur hidup di sebuah penjara di AS. Sebuah upaya telah ia lakukan, tetapi sebuah kasus politik yang menimpanya membawa ia mendekam di hotel prodeo. “Tulang yang tercekik itu menyimbolkan Kuba yang masih di bawah kekuasaan politik AS. Gerardo Hernandez mencoba melawan AS dengan karya-karya satire,” ujar kurator asal AS Mary Alice-Waters, di sela-sela pameran.

Pameran itu digelar untuk meminta dukungan internasional atas penangkapan, pengadilan, dan pemenjaraan terhadap lima orang revolusioner asal Kuba, yaitu Hernandez, Ramon Labanino, Antonio Guerrero, Fernando Gonzalez, dan Rene Gonzalez. Mereka dikenal sebagai Cuban Five (Lima Kuba) yang terkenal di dunia itu.

Kelima orang tersebut dinyatakan bersalah pada Juni 2001 tentang tuduhan yang dibuat-buat yaitu melakukan konspirasi. Hukumannya berkisar 15 tahun penjara untuk Rene Gonzalez, sedangkan Hernandez dihukum seumur hidup berganda dua, dan ditambah 15 tahun. Dakwaan palsu tentang spionase dan pembunuhan tersirat dalam kasus Hernandez.

Bila dilihat secara cermat, kartun-kartun Hernandez memang sebagai perlawanan. Itu bisa ditengok pada Kedua-duanya tidak Benar, Merayakan HUT Revolusi Ke-50, dan Menyirami Mawar.

Dalam semua kartun, Hernandez menggunakan nama pena H Nordelo. Ia tak mau membubuhkan nama aslinya untuk keselamatan atau keamanan dirinya selama berada di penjara.

Alice yang juga Presiden of Partfinder, sebuah lembaga swadaya masyarakat untuk para tahanan di AS, mengaku karya-karya Hernandez yang dipamerkan di Indonesia hanya sebagian kecil.

“Hasil karya lainnya masih ia simpan di dalam penjara. Saya mendapatkan darinya setelah kami mengunjunginya. Ia masih merayakan spirit perjuangan,” tandas perempuan berkacamata itu.

Tema yang dipilih Hernandez cukup kuat. Ia banyak berbicara tentang 50 tahun sikap permusuhan yang tidak henti-hentinya yang ditunjukkan Washington terhadap Revolusi Kuba. Kartunnya mengekspos dukungan AS terhadap kelompok terorisme yang anti-Kuba.

Melihat karya-karya Hernandez membuat kita seakan mengerti bahwa selama di penjara--hingga seumur hidup--kreativitas untuk menyampaikan pesan lewat seni kartun tak pernah hilang. Meski tubuhnya dikurung di kamar pengap, karya-karya yang berasal dari perenungan mendalam tetap dinikmati penikmat seni di seantero dunia.

“Kami juga berpameran di Malaysia pekan lalu. Sekarang di Indonesia. Kami tak lama-lama, hanya beberapa hari. Lalu, pergi ke negara lainnya lagi untuk berpameran dan berdiskusi tentang Cuban Five,” jelas Alice, santai.

Menurut rencana, Alice akan membawa karya-karya Hernandez ke berbagai penjuru dunia. Asalkan, tempat gratis dan tak ada intervensi pemerintah di suatu negara tertentu, ia pasti akan tetap menyuarakan dukungan. (Iwan Kurniawan/M-2)

Sumber: Media Indonesia, Minggu, 1 September 2013


No comments: