Sunday, September 29, 2013

[Buku] Sang Utusan dan Keteladanan

Data buku:
Muslim Pertama: Melihat
Muhammad Lebih Dekat

Lesley Hazleton
Penerjemah: Adi Toha
Pustaka Alvabet
2013
384 halaman
KITA tak pernah selesai mengagumi Muhammad, “muslim pertama”, utusan pembawa terang bagi dunia. Buku-buku biografi Muhammad terus ditulis, dari zaman ke zaman, mengajak umat meneladani dan mengerti pelbagai hal dalam kehidupan Muhammad. Para penulis biografi Muhammad tak kehabisan perspektif, berkehendak mengisahkan secara utuh meski sulit terpenuhi.
Kita telah mendapati keberlimpahan buku biografi Muhammad dalam edisi bahasa Indonesia, dari Martin Lings sampai Karen Amstrong. Buku-buku itu membuktikan keinginan umat untuk mengetahui sisi-sisi kehidupan Muhammad tak pernah selesai, berkelanjutan dan tak habis menimbulkan kekaguman.

Kita sebagai muslim memerlukan mengetahui biografi Muhammad berpijak ke penguatan iman. Dalil ini berbeda dengan opini Barat selama sekian abad. Publik di Amerika dan Eropa masih memiliki stigmatisasi atas Muhammad, memberi tuduhan-tuguhan keji dan merendahkan. Stigmatisasi itu ditandingi oleh para pengamat Islam dan penulis biografi Muhammad asal Eropa. Kita dapati Karen Amstrong melalui buku berjudul Muhammad: A Biography of the Prophet berikhtiar menjernihkan pandangan publik Barat. Keinginan memberi penjelasan utuh dan bening tentang ketokohan Muhammad pun dikerjakan oleh Lesley Hazleton dengan penerbitan buku Muslim Pertama: Melihat Muhammad Lebih Dekat. Buku ini mendapati komentar-komentar simpatik di pelbagai media di Amerika Serikat dan Eropa.

Narasi-narasi dari Lesley Hazleton, jurnalis asal Timur Tengah, terasa memikat dan runtut. Kita bisa simak melalui penjelasan tentang Muhammad saat di Gua Hira. Peristiwa permenungan atau pengasingan Muhammad di Gua Hira dianggap awal dari ejawantah takdir. Muhammad mengalami peristiwa menakjubkan, kedatangan Jibril dengan membawa firman-firman Allah. Umat Islam mengenal peristiwa itu dengan ungkapan lailatulkadar, malam memukau ketimbang seribu bulan. Peristiwa itu terus memengaruhi kehidupan umat sampai masa sekarang, membuktikan sejarah tak sirna dalam menghubungkan iman dengan pengalaman Muhammad, empat belas abad silam.

Pembaca bakal merasakan empati-empati saat membaca peristiwa-peristiwa Muhammad, dari kesedihan sampai kebahagiaan. Kehidupan di masa bocah bergelimang penderitaan dan cobaan, membentuk Muhammad sebagai pribadi tangguh dan ulet. Pembentukan identitas berlatar Arab menimbulkan perdebatan, mengondisikan Muhammad untuk memilih jalan benar dan jalan lurus meski bertentangan dengan tradisi. Muhammad tampil sebagai tokoh teladan, ditempa oleh represi, penghinaan, pengucilan dari pelbagai pihak. Pelbagai tanggapan atas misi Muhammad tak menghasilkan putus asa. Muhammad justru mewartakan kebenaran-kebenaran dengan ikhlas, ketabahan, keteguhan. Monotheisme diserukan untuk mengubah peradaban di dunia, berkonsekuensi penentangan sengit berdalih iman, politik, ekonomi, sosial, kultural.

Momentum pernikahan Muhammad dengan Khadijah menebar pengaruh besar dalam agenda-agenda transformatif di Arab. Reputasi Muhammad mendapat pengakuan, teruji oleh sangkalan atau pujian. Peristiwa di Gua Hira berlangsung saat Muhammad telah mencecap kepelikan hidup bersama Khadijah. Muhammad bersegera mendakwahkan Islam, menghampiri publik dengan firman-firman Tuhan. Orang-orang memberi tuduhan beragam. Muhammad dianggap pujangga, penyihir, penganut ajaran sesat. Muhammad mafhum segala konsekuensi, berdakwah terus tanpa gentar. Lesley Hazleton menuliskan peristiwa itu secara puitik: “Apa yang sudah diembuskan kepadanya di atas pegunungan kini diembuskan keluar, untuk mendapatkan tempatnya di dunia.” Suara di Gua Hira menjelma kata-kata untuk didengar umat manusia. Islam pun perlahan mengubah sejarah dunia, memberi terang tak pernah redup.

Muhammad berperan sebagai utusan. Lesley Hazleton membahasakan bahwa Muhammad sebagai sang utusan atau sang nabi adalah manusia dengan tuntunan-tuntunan dari Allah dalam pelbagai aspek kehidupan. Peran selaku utusan memang sulit mengelak dari cobaan-cobaan. Misi mengajak orang-orang memeluk Islam, mengakui keesaan Allah tak berlangsung mulus. Perlawanan dari penduduk Mekah dan perang-perang membuktikan bahwa iman adalah urusan fundamental. Biografi Muhammad pun mulai berkaitan dengan agama, politik, sosial, ekonomi, pendidikan. Sejarah agama adalah antologi dari pelbagai situasi dan tokoh. Muhammad menjalani masa-masa sulit untuk mendapati hikmah, menebar pesan-pesan perdamaian dan toleransi meski sering disalahartikan. Sosok Muhammad semakin menjadi pusat dari proses transformasi di Arab, berlanjut memengaruhi sejarah agama dan peradaban di pelbagai negeri.

Kebermaknaan buku ini semakin terasa saat kita membaca selama Ramadan. Biografi Muhammad adalah pengingat iman dan kesadaran sejarah untuk menilik fragmen-fragmen kehidupan sang nabi di masa silam, direfleksikan di masa sekarang tanpa kejemuan. Ikhtiar revolusioner Muhammad telah mengubah kehidupan umat manusia, mengusung perubahan-perubahan ke terang peradaban. Islam telah tersebar, merambah ke pelbagai negeri, selama puluhan abad. Muhammad terus menjadi keteladanan, menggerakkan iman meresap ke umat manusia. Abad XXI, pesan dan misi itu terus tersampaikan. Buku ini menjadi bagian dari penghormatan atas Muhammad dan rujukan mengontekstualisasikan sejarah ke situasi mutakhir.

Lesley Hazletyon menjelaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan Muhammad dipenuhi makna, menggerakkan umat untuk menjadikan Muhammad sebagai referensi dalam memenuhi ajaran-ajaran dalam Islam. Kebermaknaan Muhammad, perkataan dan tindakan, tak bakal sirna. Kita selalu takjub tak berkesudahan, meneladani Muhammad dalam pelbagai aspek kehidupan. Begitu.

Bandung Mawardi, pengelola Jagat Abjad Solo

Sumber: Lampung Post, Minggu, 29 September 2013

No comments: