SERAGAM dinas angkatan darat Jerman (Nazy), ponco pasukan SS Jerman, helm, rompi, dan perangkat Perang Dunia II lainnya dipajang oleh Permadi Arya, 37,dan Andi Widjaja, 43, di teras rumah Permadi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (26/9) siang. Di antara koleksinya itu ada dua set seragam Jerman asli yang dikenakan tentara 70 tahun silam.
Permadi mengaku membeli koleksinya dari kolektor benda bersejarah di forum daring khusus kolektor seragam army. “Beli dari kolektor karena kemungkinan ditipu lebih kecil daripada beli dari diler barang antik yang kadang ‘nakal’,†ujar karyawan perusahaan fi nansial itu.
Berbeda dengan Permadi yang menyukai seragam Jerman,Andi memiliki koleksi 150 set seragam pasukan Perang Dunia II Amerika Serikat di Bandung dan 300 item di rumahnya di Slipi. Meski barang yang dibeli tidak memiliki sertifikat dan verifi kasi tertentu, kedua pecinta sejarah itu tahu cara membedakannya. Terdapat buku khusus untuk membedakan seragam tentara klasik, misalnya berdasarkan jenis dan usia kain.
Ada beberapa kategori seragam. Sebut saja seragam untouch, yang tak boleh diapa-apakan dan dibiarkan asli,terkadang ada bercak darah dan kotor. Ada pula new old stock di gudang. Biasanya mereka tak berani untuk sering memakainya karena takut akan merusak seragam.
Tak hanya seragam, ia juga mengoleksi medali, piagam,foto, kotak P3K, gunting, bahkan surat yang dikirimkan istri mereka (prajurit) saat perang. Semua koleksi mereka taruh di ruangan dan lemari khusus, tertata rapi layaknya museum mini di rumah masing-masing. (Sky/M)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 29 September 2013
Permadi mengaku membeli koleksinya dari kolektor benda bersejarah di forum daring khusus kolektor seragam army. “Beli dari kolektor karena kemungkinan ditipu lebih kecil daripada beli dari diler barang antik yang kadang ‘nakal’,†ujar karyawan perusahaan fi nansial itu.
Berbeda dengan Permadi yang menyukai seragam Jerman,Andi memiliki koleksi 150 set seragam pasukan Perang Dunia II Amerika Serikat di Bandung dan 300 item di rumahnya di Slipi. Meski barang yang dibeli tidak memiliki sertifikat dan verifi kasi tertentu, kedua pecinta sejarah itu tahu cara membedakannya. Terdapat buku khusus untuk membedakan seragam tentara klasik, misalnya berdasarkan jenis dan usia kain.
Ada beberapa kategori seragam. Sebut saja seragam untouch, yang tak boleh diapa-apakan dan dibiarkan asli,terkadang ada bercak darah dan kotor. Ada pula new old stock di gudang. Biasanya mereka tak berani untuk sering memakainya karena takut akan merusak seragam.
Tak hanya seragam, ia juga mengoleksi medali, piagam,foto, kotak P3K, gunting, bahkan surat yang dikirimkan istri mereka (prajurit) saat perang. Semua koleksi mereka taruh di ruangan dan lemari khusus, tertata rapi layaknya museum mini di rumah masing-masing. (Sky/M)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 29 September 2013
No comments:
Post a Comment