Friday, September 27, 2013

Penyair Gebrak KPK dengan Puisi Menolak Korupsi

Oleh Marlin Dinamikanto

Penyair Senior Taufik Ismail didampingi Komisioner KPK saat menelaah terbitnya buku Puisi Menolak Korupsi di Auditorium Gedung KPK, Jl Rasuna Said, Jakarta, Jumat (27/9) Penyair Senior Taufik Ismail didampingi Komisioner KPK saat menelaah terbitnya buku Puisi Menolak Korupsi di Auditorium Gedung KPK, Jl Rasuna Said, Jakarta, Jumat (27/9) Foto : Sayang.com/Okky

Jakarta, Sayangi.com - "Surprise," ucap singkat Koordinator Gerakan Puisi Menolak Korupsi (PMK) Sosiawan Leak, usai diskusi dan peluncuran buku "Puisi Menolak Korupsi" edisi 2a dan 2b, di Auditorium Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Jum'at (27/9).

Pernyataan Koordinator Gerakan PMK itu dibenarkan penyair lainnya. "Sambutan KPK luar biasa," ulas Wage Teguh Wijono, penyair Purwokerto yang menghidupi keluarganya dengan menjadi tukang sol sepatu keliling.

Memang, empat komisioner KPK, masing-masing Abraham Samad, Busyro Muqoddas dan Zulkarnaen sore itu tampak duduk di panggung depan. Sedangkan Bambang Widjojanto, komisioner KPK lainnya, tampak duduk-duduk di belakang bersama penyair Jose Rizal Manua dan para musisi dari Komunitas Sastra Kalimalang.

Acara yang juga menghadirkan penyair senior Taufiq Ismail dan Eka Budianta selaku penelaah itu dipandu langsung oleh Juru Bicara KPK Johan Budi, berlangsung dalam suasana yang kocak dan segar.

"Saya akan membacakan puisi dari Bambang, tapi ini Bambang yang lain, bukan Bambang Widjojanto, kalau Bambang Widjojanto urusannya sprindik," celetuk Busyro saat didaulat membaca puisi.

Acara peluncuran buku ini, ucap Ketua KPK Abraham Samad, sekaligus menandai hadirya klub baca KPK. "Jangan remehkan kekuatan kata-kata. Bung Karno memerdekakan Indonesia juga menggunakan kekuatan kata-kata, begitu juga Napoleon Bonaparte saat menakhlukkan Eropa," timpal Juru Bicara KPK Johan Budi.

Taufiq Ismail mengaku belum sempat membaca semuanya. Namun dia terkesan dengan karya Suyitno Ethex, penyair asal Mojokerto yang mengaku bingung setiap ditanya oleh anaknya, apa itu korupsi. "Kalau Suyitno Ethex bingung ditanyai anak, kalau saya bingung ditanyai cucu," ucap Penyair Angkatan '66 itu.

Eka Budiatna pun mengaku merasa surprise, karya yang sebelumnya dikira hanya sumpah serapah ternyata, meskipun diakuinya ada yang belum pantas disebut puisi, banyak juga yang imajinatif. Namun secara umum, penyair yang terbilang senior ini menyambut baik lahirnya Gerakan Puisi Melawan Korupsi.

Antologi PMK yang diterbitkan Forum Sastra Surakarta memang sudah terbit dua edisi. Edisi 1 terbit bulan Mei. Dan Edisi 2, karena melibatkan 197 penyair, jelas Sosiawan Leak, maka PMK edisi II dibagi dalam edisi 2a dan edisi 2b. "Terbitnya bareng, bulan September ini mas," tandas Sosiawan.

Dalam kata pengantar buku PMK edisi 2a dan 2b, Komisioner KPK Bambang Widjojanto menyambut baik terbitnya buku ini. "Para penyair dengan kekuatan pena, kata dan kalimatisasinya dapat melakukan sentuhan, hentakan dan "tikaman" atas kesadaran personal dan sosial masyarakat agar kekuasaan tidak ngapusi, korupsi dan mengurusi dirinya sendiri saja," tandas Bambang. (MARD)

Sumber: Sayangi.com, Jumat, 27 September 2013 
http://www.sayangi.com/hukum1/read/6820/penyair-gebrak-kpk-dengan-puisi-menolak-korupsi








No comments: