-- Nurhadi BW
• Judul : Foucault’s Pendulum • Pengarang : Umberto Eco • Penerjemah : Nin Bakdi Soemanto • Penerbit : Bentang • Tahun : I, November 2010 • Tebal : xi + 691 halaman • ISBN : 978-602-8811-02-6
UMBERTO Eco bukannya tidak memiliki skenario dengan novel ini. Melalui tiga tokoh utama, dia mengisahkan rentang sejarah abad pertengahan dengan sentral Laut Tengah, khususnya terkait dengan kelompok-kelompok yang berperan dalam pergolakan sejarah.
Foucault’s Pendulum (Italia: Il Pendolo di Foucault) terbit pertama kali tahun 1988. Nama Foucault mengingatkan kepada tokoh filsafat kontemporer, Michel Foucault. Padahal, Foucault pada judul novel ini adalah nama penemu pendulum, yaitu Leon Foucault.
Nama Umberto Eco sendiri di Indonesia tidak kalah populer dibandingkan dengan Michel Foucault. Selain ahli bidang semiotik, sejarah abad pertengahan, dan kajian budaya kontemporer, Eco juga seorang novelis. Pria kelahiran Italia tahun 1932 ini telah menulis enam novel. Dua di antaranya telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, The Name of the Rose dan Boudolino.
Foucault’s Pendulum adalah novel kedua setelah The Name of the Rose (1980). Novel-novel Eco bukanlah novel yang linier menyajikan sebuah narasi seperti novel umumnya. Karya-karyanya berupa intertekstualitas, khususnya tentang sejarah abad pertengahan, sebuah rentang waktu dan wilayah yang tidak mudah dipahami, bahkan oleh orang-orang Eropa sendiri. Misal, untuk memahami novel The Name of the Rose perlu sebuah buku panduan tersendiri. Tampaknya, hal yang sama juga berlaku untuk Foucault’s Pendulum.
Knight Templar
Novel ini sebenarnya memiliki latar cerita pada akhir 1960-an di sekitar Milan, Paris, dan Brasil. Akan tetapi, paparan kisahnya merentang dalam waktu yang cukup panjang, mulai dari abad ke-11 hingga abad ke-20. Fokusnya adalah sepak terjang Knight Templar, ordo ksatria yang muncul pada masa perang salib di Jerusalem. Riwayat Knight Templar bukanlah kisah sederhana. Awalnya, kelompok pengawal para peziarah Eropa yang pergi ke Jerusalem hanyalah sebuah kelompok yang didirikan oleh sembilan orang. Lalu menjadi ordo yang kuat dan kaya, namun berseberangan dengan Vatikan. Akibatnya, diberangus. Setelah itu, muncul sebagai kelompok yang disebut dengan Iluminati atau Freemasonry. Kelompok ini sering dikaitkan dengan kekuatan rahasia yang menguasai dunia dan juga Teori Konspirasi.
Knight Templar tentu saja menjadi pilar utama yang menjadi jalinan kisah novel ini. Di Indonesia, kelompok ini mulai dikenal, antara lain, melalui The Da Vinci Code karya Dan Brown. Novel Brown yang diterbitkan pada tahun 2003 ini membahas tentang sejarah kehidupan Maria Magdalena dan kelompok Priory of Sion, nama lain Knight Templar.
Foucault’s Pendulum bukanlah novel yang menyajikan sebuah romansa tokoh-tokohnya ataupun sekadar novel detektif tentang sebuah pembunuhan dan dalangnya. Novel ini bersifat cerita berbingkai. Novel Eco mirip dengan yang dilakukan Brown pada karya-karyanya, termasuk The Da Vinci Code, meski dilihat dari tahun penerbitannya, novel Eco muncul jauh sebelum Brown. Novel Eco pun kaya dengan berbagai referensi sejarah abad pertengahan dan dipenuhi kutipan berbagai bahasa. Selain itu, juga bersifat simbolik; menggambarkan titik balik arah pergerakan sebuah pendulum, titik balik kekuasaan sejarah dunia.
Novel ini berpusar pada tiga tokoh yang mempelajari keberadaan dan sejarah sepak terjang Knight Templar. Ketiganya adalah Casaubon, Belbo, dan Diotallevi. Casaubon, narator, awalnya mempelajari Knight Templar guna menyelesaikan disertasinya pada akhir 1960-an. Sementara dua temannya, Belbo dan Diotallevi, adalah editor penerbit Garamond yang mendapatkan naskah tentang Knight Templar dari seorang kolonel bernama Ardenti.
Hampir sebagian besar novel berupa pengungkapan sepak terjang Knight Templar. Mulai dari pendiriannya oleh Huges de Payens dan Godfrey de Saint-Omer di Palestina pada 1119 hingga peristiwa pemberangusan dan pelarangan oleh Paus Clement V dan oleh Raja Perancis, Philip IV, pada 1312. Pimpinan Knight Templar kala itu, Jacques de Mollay, ditangkap dan dieksekusi di penjara Bastile. Revolusi Perancis (1879) yang berawal dari penjara Bastile konon sering dikaitkan sebagai bentuk balas dendam kelompok ini kepada Raja Perancis yang telah mengeksekusi De Mollay.
Dengan menuliskan sejumlah peristiwa yang terkait dengan Knight Templar sebagai benang merah dalam bentuk novel, Eco mengangkat tema tersebut menjadi sebuah diskursus. Tidak sedikit kritikus sastra yang meyakini sejumlah informasi yang diangkat Eco ini sebagai sebuah kebenaran sejarah, meski sejarah Knight Templar hingga Masonry sering kali gelap karena sifat kerahasiaan keanggotaan mereka. Fakta historis semacam ini juga dipergunakan oleh Dan Brown dalam trilogi novelnya (Angels and Demons, The Da Vinci Code, dan The Lost Symbol).
Tanpa mengetahui atau mengenali permasalahan yang terkait dengan Knight Templar, rasanya sulit untuk membaca novel ini. Untuk menjadi pembaca novel-novel semacam ini diperlukan pengetahuan yang mendasarinya. Eco memperlakukan calon pembacanya sebagai orang yang bukan awam terhadap informasi abad pertengahan di wilayah Mediterania itu.
Nurhadi BW, Dosen FBS UNY, Lulus Program S-3 Sastra UGM, Yogyakarta
Sumber: Kompas, Minggu, 3 April 2011
No comments:
Post a Comment