[JAKARTA] Novel berjudul Lanang karya Yonathan Rahardjo terpilih sebagai pemenang lomba fiksi yang Dewan Kesenian Jakarta tahun 2006 lalu. Yonathan Rahardjo dianggap banyak memiliki kemampuan puitik dan deskriptif, ada memiliki perbedaan dengan kecanggihan gaya memadukan bahasa ala Ayu Utami, Nukila Amal dan Linda Christanty.
Alur cerita ini menggambarkan problema biotik dicampur dengan hal yang sifatnya spiritual. Ada sedikit ketegangan di balik cerita novel tersebut. Bahkan, novel Lanang mempunyai banyak kekuatan menarik. Beberapa di antaranya adalah menyangkut tema cinta dan seks dari seorang dokter hewan bernama Lanang. Cerita ini tidak identik dengan pengkhianatan dan seksual.
Guru Besar Fakultas Filsafat Universitas Parahyangan Bandung, Prof Dr I Bambang Sugiharto menyampaikan hal tersebut, saat tampil sebagai pembicara utama dalam "Bedah Buku Novel Lanang" di Gedung Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin (PDS HBJ), Taman Ismail Marzuki (TIM), beberapa waktu lalu.
Menurut Bambang Sugiharto, novel tersebut menceritakan seorang lelaki yang hidup dengan kemunafikan. Lanang yang dikenal baik di tengah masyarakat lingkungan karena tidak pernah ketinggalan beribadah, ternyata seorang tokoh bejat. Gemar berselingkuh dan meracik bahan kimia. Lanang kerap meremehkan segala sesuatu.
"Unsur itu merupakan salah satu kekuatan di balik cerita novel ini. Kekuatan lainnya, ada semacam ketegangan yang sengaja dikembangkan, sehingga menjadikan cerita seakan sebuah film. Alur cerita novel ini semakin berkembang, meledak dalam sebuah klimaks. Ini sangat menarik dan dapat difilmkan. Apalagi dalam novel itu ada makhluk ganjil, seperti, seekor burung babi hutan," ujar Bambang Sugiharto.
Makhluk itu ternyata genetika hasil dari penelitian Lanang. Selain itu, banyak sapi perah yang mati mendadak di desa tempat Lanang bekerja. Di tengah wabah tersebut muncul pula tokoh misterius bernama Rajikun, yang ternyata adalah seorang dukun hewan. Kehadiran Rajikun menambah kekisruhan, perbedaan pandangan ilmiah dokter hewan dan pandangan dukun yang berbau klenik.
Selain Bambang Sugiharto, ada peneliti sekaligus pemerhati konsep hegemoni, penerima Selo Soemardjan Award 2004, Chris Pangihutan Poerba. Dia pernah berhasil sebagai juara satu Nasional Geographic Indonesia 2007, ini tampil sebagai pembanding novel Lanang itu. Pembicara lainnya dalam acara itu adalah peneliti dan pemerhati konsep resistensi, Sahlul Fuad. Sebagai moderator dalam bedah buku novel itu adalah Kepala Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Endo Senggono.
Sebagai pemerhati konsep resistensi, Sahlul Fuad menyampaikan,unsusr seks dalam novel Lanang bukan hanya sekedar pemanis saja. Sebab, bila adegan berbau seks itu dikurangi maka kerangka cerita akan berubah. Seks berkaitan dengan penyakit misterius sekaligus sumber media "penyelesaiannya". Tokoh Lanang juga memperlihatkan sebagai seorang lelaki pejantan.
"Jelas, beberapa adegan menarik dalam cerita ini bukan hanya klise yang membubuhi novel. Akan tetapi, adegan seks juga menjadi bagian dari pemecahan persoalan yang dihadapi. Cerita ini memang sangat menarik dan bisa difilmkan," kata Sahlul Fuad.
Alasannya, tokoh Lanang dalam kisah ini ditampilkan sebagai manusia yang kompleks. Di saat tertentu, dia hadir sebagai sosok yang penuh kasih, tanggung jawab dan begitu tegar. Sisi lainnya, Lanang merupakan sosok yang egois. Cerita Lanang sangat berbeda dengan tokoh utama dalam kisah lain. Novel ini dianggap benar - benar memberikan warna bahasa sastrawi.
Menurut Sahlul Fuad, kekuatan lain dari novel ini justru terlihat dari gaya bahasa. Yonathan Rahardjo yang berani bergaya bahasa metafora tentang neraca dan per- timbangan pemikiran. [AHS/U-5]
Sumber: Suara Pembaruan, Senin, 7 Juli 2008
No comments:
Post a Comment