Saturday, April 23, 2011

Penerbitan: Majalah "Horizon" Terancam Gulung Tikar

Jakarta, Kompas - Majalah sastra Horizon, yang merupakan majalah sastra nasional satu-satunya, terancam gulung tikar karena tidak lagi mendapat kucuran dana dari pemerintah. Padahal, majalah yang terbit sejak 1966 ini selama ini menjadi bahan pembelajaran sastra bagi siswa sekolah menengah seluruh Indonesia.

Pemimpin Redaksi Majalah Horizon Jamal D Rahman, Rabu (20/4), mengatakan, sejak tahun 1996, majalah yang menjadi penanda periode sastra angkatan tahun 1966 ini mendapat bantuan dana dari pemerintah. Hingga tahun lalu mereka masih menerima dana Rp 1,4 miliar.

Dana itu diberikan Kementerian Pendidikan Nasional untuk membayar biaya berlangganan majalah sastra Horizon bagi 4.500 SMA di Indonesia. Majalah tersebut menjadi pegangan guru Bahasa Indonesia untuk mengajarkan sastra di sekolah. ”Buku-buku sastra di perpustakaan sekolah sangat terbatas, bahkan hampir tidak ada,” kata Jamal.

Taufiq Ismail, sastrawan, budayawan, dan salah satu pendiri majalah Horizon, beberapa waktu lalu mengatakan, pengajaran sastra di Indonesia sangat memprihatinkan. Guru tidak memiliki buku pegangan untuk mengenalkan dan mengajarkan sastra.

Tahun ini Horizon tidak mendapatkan anggaran sama sekali dari pemerintah. Dampaknya, majalah sastra ini tidak lagi bisa dicetak lalu diedarkan ke sekolah-sekolah. Dana yang dimiliki hanya bisa untuk mencetak majalah hingga Juni mendatang.

”Kalau tidak ada dana, Juli kami benar-benar sudah bubar,” kata Taufiq yang juga menjadi redaktur senior Horizon.

Majalah Horizon memiliki lima awak redaksi dan tujuh staf administrasi. Dana bantuan pemerintah ini sebagian untuk biaya cetak, distribusi, dan gaji karyawan.

Selain menjadi rujukan untuk belajar sastra, pengelola majalah Horizon juga aktif melakukan kegiatan-kegiatan sastra di sekolah, seperti pelatihan penulisan, diskusi karya sastra, dan lain-lain. Majalah Horizon memuat berbagai karya sastra, seperti esai, puisi, cerpen, dan telaah sastra. Mereka juga pernah membuat program untuk menyebarkan 5.000 eksemplar antologi Horizon Sastra Indonesia yang dibiayai Ford Foundation. (IND)

Sumber: Kompas, Sabtu, 23 April 2011

2 comments:

arti pena said...

Sebagai guru bahasa Indonesia tentu prihatin dan kecewa karena Horizon merupakan barometer perkembangan sastra Indonesia bagi kami.

arti pena said...

Sebagai guru bahasa Indonesia tentu prihatin dan kecewa karena Horizon merupakan barometer perkembangan sastra Indonesia bagi kami.