Wednesday, April 27, 2011

Warisan Budaya: Tak Ada Anggaran Pembelian Naskah Kuno

Padang, Kompas - Tidak ada anggaran yang disediakan pemerintah kabupaten/kota untuk pembelian naskah-naskah kuno Minangkabau. Padahal, naskah-naskah kuno yang ditulis menggunakan huruf Arab Melayu tersebut dari sisi kebudayaan sangat penting karena berisi catatan tentang perkembangan ilmu pengetahuan, pengobatan, sastra, cerita rakyat, dan ilmu-ilmu keagamaan.

Perawatan naskah kuno Minangkabau dalam huruf Arab Melayu tidak bisa optimal karena ketiadaan anggaran. Naskah kuno yang berada di masyarakat banyak diperjualbelikan dan sebagian dibawa ke luar negeri. Naskah yang ada pun belum dibuat dalam bentuk mikrofilm. (KOMPAS/INGKI RINALDI)

”Di sisi lain, naskah-naskah kuno tersebut banyak yang diperjualbelikan hingga ke luar negeri,” kata Kepala Bidang Deposit Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat Surya Esra, Senin (25/4) di Kota Padang.

Karena ketiadaan anggaran, kata Surya, pihaknya hingga saat ini hanya memiliki 23 naskah kuno Minangkabau. Naskah tersebut diperoleh dari masyarakat di Kabupaten Agam, Kabupaten Pesisir Selatan, Solok Selatan, Padang Pariaman, dan Kota Padang. Naskah-naskah kuno itu dibeli sebagian di antaranya dengan dana pribadi.

Menurut Surya, semestinya ada anggaran khusus untuk pembelian naskah kuno sebagai upaya menyelamatkan kekayaan budaya bangsa. Hal ini pun sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan yang di dalamnya juga mengatur soal perhatian terhadap naskah-naskah kuno.

Anggota DPRD Sumatera Barat, Abel Tasman, mengatakan, APBD saat ini memang kurang memperhatikan upaya penyelamatan naskah-naskah kuno. Anggaran untuk Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat sekitar Rp 10 miliar per tahun untuk seluruh kegiatan serta ditambah dana dari pemerintah pusat sekitar Rp 2 miliar.

”Anggota DPRD pun masih kurang peduli terhadap keberadaan naskah-naskah kuno. Padahal, naskah kuno tersebut merupakan bagian dari kekayaan bangsa yang harus diselamatkan,” ujarnya.

Berdasarkan pantauan Kompas, jual beli naskah-naskah kuno masih terus berlangsung hinga kini. Para pemburu naskah kuno masuk ke kampung-kampung, terutama di Kota Payakumbuh, Kabupaten Dharmasraya, dan Kabupaten Padang Pariaman.

Pembeli yang umumnya dari Singapura dan Malaysia kini sedang mencari dan bersedia membeli dengan harga tinggi Al Quran terbitan abad XVIII atau abad sebelumnya.

Hilang akibat gempa

Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat Eka Nuzla mengatakan, akibat gempa bumi September 2009 lalu, sekitar 618.000 buku dan arsip kini tinggal tersisa 124.000 buku. Itu pun sebagian dalam keadaan rusak.

”Upaya perbaikan buku yang rusak diharapkan selesai tahun 2012,” kata Eka.

Akibat gempa itu, puluhan buku kuno yang sudah sulit ditemukan juga rusak tertimpa puing-puing bangunan. Selain itu, 10 dari 23 naskah kuno yang dimiliki kini sedang diperbaiki dan dirawat atau preservasi di Perpustakaan Nasional, Jakarta.

Upaya preservasi diperkirakan tidak bisa optimal karena kurang bagusnya kualitas tinta pada naskah kuno. Kalaupun sudah dilakukan preservasi, kemungkinan besar sebagian naskah kuno tidak bisa terbaca lagi karena tinta menyebar kemana-mana. (INK)

Sumber: Kompas, Rabu, 27 April 2011

1 comment:

Unknown said...

saya dari lombok. saya punya naskah kuno ( takepan ditulis di atasdaun lontar ) naskah tersebut diperkirakan berumur kurang lebih 200 tahun.. kalw berminat hub.087765109802