Wednesday, April 27, 2011

Teater: Rencana Pentas "Mastodon dan Burung Kondor"

Jakarta, Kompas - Naskah drama karya WS Rendra Mastodon dan Burung Kondor disiapkan untuk dipentaskan lagi pada Agustus 2011. Selain untuk mengenang Rendra, pentas juga mengingatkan pemerintah bahwa kondisi negeri ini dalam beberapa hal tak lebih baik dari kondisi tahun 1970-an. Naskah itu dipentaskan pertama kali tahun 1972.

”Saya kira temanya masih relevan saat ini,” kata Ken Zuraida, istri almarhum WS Rendra, sekaligus Direktur Seni Ken Zuraida Project saat berkunjung ke Redaksi Kompas di Jakarta, Selasa (26/4). Pentas itu merupakan puncak rangkaian kegiatan Ken Zuraida Production sejak Mei 2011. Agustus tahun ini tepat dua tahun meninggalnya Rendra.

Naskah drama Mastodon dan Burung Kondor ditulis WS Rendra untuk merespons kondisi sosial politik awal tahun 1970. Saat itu rakyat hidup miskin di tengah tingkah polah para elite politik yang hidup makmur. Penyalahgunaan wewenang pun berkelanjutan.

Menurut Ken, niat mementaskan ulang naskah itu menguat seiring sorotan para tokoh agama tentang kebohongan pemerintah. ”Ini keterlaluan. Seniman punya tempatnya sendiri, ulama juga punya tempatnya sendiri. Kami lakukan bagian kami,” kata dia.

Kini, sejumlah aktivis teater dari berbagai daerah berkumpul dan mulai berlatih di Bengkel Teater Rendra. ”Kami juga melibatkan sejumlah mahasiswa dari berbagai kampus,” kata Edi Haryono dari manajemen Ken Zuraida Project.

Selain pementasan itu, sejak Mei akan digelar sejumlah diskusi soal teater, tadarusan dua tahun meninggalnya WS Rendra, workshop teater metode Rendra, perkemahan kaum urakan, ritual ”jalan bisu”, dan ruwatan. Ritual ”jalan bisu” akan dilakukan dari Cipayung hingga Taman Ismail Marzuki, sekitar 50 kilometer.

”Akan kami lakukan. Sebisa mungkin berjalan tanpa menimbulkan suara. Hening,” kata Edi.

Kini, panitia menyosialisasikan rencana kegiatan itu. Antusiasme peserta dari berbagai daerah tinggi, mendukung pementasan Mastodon dan Burung Kondor. ”Kami terus mengupayakan kebutuhan dana yang besar,” kata sekretaris panitia, Amir Husin Daulay. (GSA)

Sumber: Kompas, Rabu, 27 April 2011

No comments: