Saturday, May 15, 2010

Peluang Ekowisata di Indonesia

-- Davina Aussieria

PADA Global Travel & Tourism Summit ketiga tahun 2003, World Travel & Tourism Council (WTTC) mengeluarkan Blueprint For New Tourism yang mencetuskan sebuah visi baru dalam dunia travel dan pariwisata. Visi ini merupakan jawaban dari tuntutan perlunya sebuah bentuk pariwisata baru (new tourism) yang mengutamakan keseimbangan antara bisnis pariwisata dan aspek masyarakat, budaya, dan lingkungan dalam rangka membangun industri travel dan pariwisata jangka panjang.

Salah satu langkah WTTC untuk mendukung visi ini adalah dengan mengadakan Tourism for Tomorrow Awards yang memberikan penghargaan kepada para pelaku industri pariwisata, kota, negara, tempat wisata, maupun perusahaan yang melaksanakan praktek pariwisata yang baik di seluruh dunia. Penghargaan ini bertujuan untuk menumbuhnya kesadaran para pelaku bisnis dan organisasi pariwisata, yang didukung pemerintah untuk berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, menjaga kelestarian lingkungan, dan memelihara warisan budaya untuk generasi yang akan datang.

Salah satu praktek pariwisata dalam rangka memenuhi tujuan tersebut adalah ekowisata. Menurut The International Ecotourism Society (TIES) ekowisata adalah perjalanan ke tempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Ekowisata adalah kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaaan sosial-budaya-ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Konsep ini tidak asing lagi di kalangan pelaku wisata nasional dan bahkan beberapa di antaranya telah sukses menerapkannya di Indonesia.

Ekowisata di Indonesia

Salah satu contoh sukses penerapan ekowisata di Indonesia, yang juga merupakan pemenang Tourism for Tomorrow Awards 2007 untuk kategori Community Benefit Award, adalah Nihiwatu Resort di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Penghargaan itu diberikan atas kontribusi yang dilakukan oleh hotel tersebut dalam rangka membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melestarikan lingkungan.

Di daerah yang masih dihadapkan dengan persoalan kemiskinan, penyakit malaria, ketidaktersediaan air bersih serta sanitasi yang buruk, Nihiwatu Resort melakukan terobosan baru dengan konsep ekowisatanya. Hotel ini didirikan oleh pasangan suami istri asal Amerika Serikat yang kagum dengan keindahan alam di Pulau Sumba.

Meski demikian, keberhasilan bisnis mereka di daerah ini tidak terlepas dari adanya kepercayaan penduduk lokal yang turut merasakan imbas dari kehadiran hotel itu di tengah-tengah kehidupan mereka. Para tamu hotel pun dapat berpartisipasi dalam pengembangan masyarakat di Pulau Sumba, seperti mengajar penduduk setempat membaca dan menulis. Bahkan salah satu mantan penghuni hotel ini, bergabung dengan sang pemilik hotel untuk mendirikan sebuah yayasan, Sumba Foundation yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat Sumba.

Dari segi lingkungan, hotel ini berhasil menjaga kelestarikan kawasan Nihiwatu yang masih dirimbuni dengan hutan. Selain itu, hotel ini juga menjaga kawasan pantainya dengan membatasi daerah surfing bagi para peselancar. Sumber daya alam di daerah ini digunakan sebaik mungkin oleh pihak pengelola. Sebagian besar material bangunan yang digunakan berasal dari pulau ini memiliki sistem kompos, penyaringan air dan bahkan pertanian organik sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan listriknya, hotel ini menggunakan 100% energi yang berasal dari minyak kelapa. Produksi minyak kelapa atau biodiesel ini memperkerjakan sebanyak 115 keluarga di daerah setempat.

Contoh sukses berikutnya berada di pegunungan Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Di kawasan gunung tertinggi kedua di Indonesia ini, terdapat sebuah program bernama Rinjani Trek Ecotourism Programme yang menjadi finalis penghargaan Tourism for Tomorrow 2008 untuk kategori Destination Award. Rinjani dianggap sebagai daerah yang mampu mengelola sebuah kawasan turisme yang menggabungkan aspek sosial, budaya, lingkungan, dan ekonomi. Kawasan Gunung Rinjani merupakan sebuah taman nasional yang masuk dalam daerah konservasi. Kawasan ini kaya dengan keragaman spesies flora dan faunanya. Selain itu, daerah ini menyimpan keindahan alam yang memesona dan merupakan daerah pendakian yang sangat menantang bagi para pendaki nasional maupun internasional. Kegiatan wisata di daerah ini didukung dan diawasi oleh Rinjani Trek Management Board yang terdiri atas perwakilan pemda, perwakilan dari sektor pariwisata swasta Lombok dan perwakilan dari masyarakat setempat.

Rinjani Trek Ecotourism Programme berhasil memperkuat daya konservasi dan menjamin bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Nasional Rinjani mendapat bagian dari pendapatan pariwisata. Hadirnya kegiatan pariwisata yang melibatkan penduduk setempat, mampu menciptakan lapangan pekerjaan, seperti sebagai pemandu (guide), pembawa barang (porter). Para penduduk juga bertugas untuk menyebarkan semangat konservasi alam dan memberikan pengetahuan kepada para turis mengenai lingkungan di Rinjani.

Peluang Ekowisata di Indonesia

Dua contoh kisah sukses penerapan ekowisata tersebut mengingatkan kita pada betapa besarnya peluang membangun bisnis ekowisata di Indonesia. Terlebih Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman alam maupun budaya yang menyimpan keunikan dan potensi pariwisata yang masih perlu digali.

Keuntungan yang didapat dari kegiatan ekowisata juga sangat besar. Ekowisata menguntungkan tidak hanya bagi pelaku bisnis, tetapi juga bagi penduduk setempat dan lingkungannya. Dengan konsep ini, kita dapat meminimalkan dampak negatif dari mass tourism dari segi lingkungan, budaya, dan sosial. Ekowisata memiliki tujuan edukatif yang menyebarkan pesan konservasi dan pemahaman mengenai daerah yang dikunjungi.

Sayangnya, pada perkembangannya, konsep ekowisata sering menghadapi berbagai kendala. Banyak daerah di Indonesia yang memiliki potensi wisata, tapi akhirnya rusak akibat kegiatan pariwisata yang tidak bertanggung jawab. Keuntungan yang didapat dari pariwisata pun tidak menyejahterakan penduduk setempat. Akhirnya mereka hanya menjadi penonton dan menjadi objek dari kegiatan pariwisata.

Strategi penerapan ekowisata di Indonesia untuk menerapkan pariwisata yang memiliki tanggung jawab moral terhadap masyarakat dan lingkungan, diperlukan langkah-langkah konkret untuk mengembangkan ekowisata di Indonesia.

Langkah pertama adalah Pemerintah Pusat harus menjadikan pariwisata sebagai salah satu agenda utama. Pemerintah harus melakukan investasi terhadap sumber daya manusianya melalui pendidikan agar memiliki bibit-bibit lokal yang unggul dan berkualitas. Salah satu caranya adalah dengan mengirimkan pemuda-pemudi kita untuk belajar ke negeri pariwisata seperti Prancis. Seperti tahun ini,

Kementerian Pendidikan Nasional melakukan kerja sama dengan IMIS-ESTHUA Universit� Angers Prancis melalui beasiswa unggulan untuk mahasiswa yang berminat pada bidang pariwisata. Beasiswa yang diselenggarakan tiap tahun ini bekerja sama dengan Universitas Angers di Prancis dalam bidang pariwisata.

Dengan belajar ke negara tujuan wisata pertama di dunia ini, diyakini bahwa Indonesia akan memperoleh kesempatan emas untuk mengembangkan sumber daya manusianya yang diharapkan mampu menumbuhkan strategi unggulan dalam sektor pariwisatanya. Apalagi Prancis terkenal dalam hal pengelolaan industri pariwisatanya dengan sangat maju.

Setelah melakukan investasi terhadap kapital manusia, diperlukan investasi lain yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur di daerah-daerah. Hal ini agar memudahkan mobilitas para wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Perencanaan pembangunan pariwisata harus dilakukan tidak hanya dalam dalam skala nasional tetapi juga dalam skala yang lebih kecil, dalam hal ini adalah daerah. Setiap provinsi di Indonesia harus memiliki kapasitas untuk menonjolkan potensi wisata daerahnya masing-masing.

Untuk itu, peran pemerintah daerah sangat penting untuk menjadi aktor yang terlibat dalam pengembangan ekowisata. Apalagi dengan otonomi daerah yang dimiliki, setiap daerah memiliki kesempatan luas dalam mengembangkan pariwisatanya yang berdampak pada pendapatan daerah. Dukungan pemda sangat penting untuk memudahkan pelaku bisnis pariwisata yang berwawasan ekowiata untuk membuka bisnis mereka.

Langkah kedua, adalah dengan kesadaran dari pihak swasta untuk membangun pariwisata yang didasari asas keseimbangan ekonomi dengan masyarakat, sosial dan budaya serta lingkungan. Pihak swasta harus memilih mitra bisnis yang bertanggung jawab, partisipatif, dan aktif terlibat dalam kegiatan pembangunan masyarakat dan konservasi lingkungan.

Pemerintah daerah, pihak swasta dan masyarakat harus bekerja sama menggunakan peluang ini untuk mengembangkan ekowisata Indonesia. Namun dari semua itu, peran masyarakat setempatlah yang menentukan kesuksesan dari ekowisata karena merekalah yang akan berhubungan langsung dengan industry pariwisata itu.

Oleh karena itu, masyarakat harus diberi pengertian dan pengetahuan mengenai konsep ekowisata dan potensi yang ada di daerah mereka. Mereka juga harus menjadi aktor yang berperan dan terlibat aktif dalam mengembangkan ekowisata. Tanpa ada dukungan yang kuat dari masyarakat, konsep ekowisata akan sulit untuk berkembang.

Masa Depan Pariwisata

Dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki oleh bangsa ini, industri pariwisata Indonesia akan mengarah kepada new tourism yang diyakini akan mengubah kondisi masyarakat dan lingkungan di seluruh daerah di Indonesia.

Industri pariwisata diharapkan akan menjadi sumber penghidupan masyarakat sekaligus menjadi semacam benteng konservasi yang mengedepankan aspek lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Dengan sumber daya manusia yang kompeten dan terjalinnya koordinasi antarpelaku pariwisata yang kuat, industri pariwisata Indonesia akan menjadi industri yang tidak hanya memiliki tanggung jawab sosial-budaya-ekonomi terhadap masyarakat, tetapi juga tanggung jawab moral terhadap lingkungan demi keberlangsungan anak cucu kita di masa yang akan datang. n

* Davina Aussieria, Mahasiswi Program Studi Prancis Universitas Indonesia

Sumber: Lampung Post, Sabtu, 15 Mei 2010

No comments: