Kebumen, Kompas - Fitriyan Dwi Rahayu (14), siswi SMP Negeri 1 Karanganyar, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, menjadi satu dari lima siswa dengan nilai ujian nasional tertinggi secara nasional. Fitriyan adalah anak warga Desa Jatiluhur, Kecamatan Karanganyar, Kebumen, yang jauh dari keramaian kota dan fasilitas pendidikan mewah.
Fitriyan Dwi Rahayu (tengah) menyambut sukacita ucapan selamat dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang disampaikan melalui hubungan sambungan telepon, atas prestasinya menjadi satu dari lima siswa SMP yang memperoleh nilai ujian nasional tertinggi di tingkat nasional. Fitriyan didampingi ibunya, Sukarni Mugi Rahayu (kanan), dan Kepala SMP Negeri 1 Karanganyar Suparmin. (KOMPAS/MADINA NUSRAT)
Melalui hubungan telepon di sekolahnya, Fitriyan memperoleh ucapan selamat dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sedang berada di kediamannya di Cikeas, Bogor, Sabtu (8/5). Didampingi orangtua dan guru, Fitriyan memberitahukan kepada Presiden bahwa nilai rata-rata ujian nasionalnya 9,95. Rinciannya, nilai 10 untuk Matematika, IPA, dan Bahasa Indonesia, serta 9,8 untuk Bahasa Inggris.
Presiden menyambut sukacita setelah mengetahui perolehan nilai UN Fitriyan. Bahkan, menurut Presiden, kemampuan bahasa Inggrisnya pun tak setinggi Fitriyan. ”Bahasa Inggris 9,8 itu lebih baik dibandingkan bahasa Inggrisnya Pak SBY,” ucap Presiden disambut tawa guru SMP Negeri 1 Karanganyar.
Presiden Yudhoyono mengatakan, secara nasional ada lima siswa SMP yang memperoleh nilai tertinggi untuk UN. Tiga siswa SMP berasal dari Bali, satu siswa SMP dari Jawa Timur, dan satu siswa SMP dari Jawa Tengah yang diraih Fitriyan. ”Karena bahasa Inggrisnya baik, mudah- mudahan Fitriyan dapat menjadi tokoh ataupun diplomat,” ucap Presiden.
Fitriyan yang sejak sekolah dasar sudah berprestasi mengatakan, hanya ingin selalu bermimpi seperti para tokoh yang dikaguminya dalam novel ”Sang Pemimpi” karya Andrea Hirata. Dia mengaku lebih dari dua kali membaca novel itu karena ceritanya mengagumkan. ”Saya ingin selalu bermimpi,” ucapnya.
Salah satu mimpinya, ingin menjadi ilmuwan agar dapat berkeliling dunia.
Seperti warga desa pada umumnya, kehidupan keluarga Fitriyan cukup sederhana. Kebutuhan kehidupan keluarga sehari-hari dipenuhi oleh ibunya, Sukarni Mugi Rahayu (43), yang bekerja sebagai staf di Kantor Desa Jatiluhur. Ayahnya, Cipto Raharjo (51), tidak mampu lagi bekerja akibat sakit paru-paru yang dideritanya.
Sebagai staf di kantor desa, penghasilan Sukarni tak lebih dari Rp 1,5 juta per bulan. Oleh karena itu, Sukarni berharap Pemerintah Kabupaten Kebumen dapat memberikan beasiswa pendidikan kepada anak keduanya itu agar pendidikannya tidak terhambat.
Sistem pendidikan dan pengajaran yang diterapkan SMP Negeri 1 Karanganyar pun layaknya sekolah pada umumnya. Kepala SMP Negeri 1 Karanganyar Suparmin menyebutkan, pihaknya tidak memberikan jam pelajaran berlebih kepada siswa karena banyak di antara mereka datang dari desa. Bahkan ada siswanya harus berangkat sekolah dari rumah pukul 05.00 karena jauh.
Secara keseluruhan, di Kabupaten Kebumen terdapat 6.085 siswa SMP yang tidak lulus UN SMP atau 27 persen dari 22.357 peserta.
”Ini menjadi pekerjaan rumah kami agar para siswa SMP dapat lulus pada UN ulangan,” kata Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kebumen Mahar Moegiyono. (MDN)
Sumber: Kompas, Minggu, 9 Mei 2010
No comments:
Post a Comment