-- Ilham Khoiri
”SELASA empat bulan di sini, saya sudah menulis dua biografi, mengedit beberapa naskah, dan mulai menulis novel terbaru,” kata Noorca M Massardi (56) tentang rumah barunya di Bintaro.
Rumah Nyaman untuk MENULIS (FOTO-FOTO: KOMPAS/ARBAIN RAMBEY)
Rumah pasangan Rayni dan Noorca M Massardi di kawasan Bintaro itu menjadi semacam studio yang menopang kreativitas mereka sebagai penulis. Tak kalah dengan suami, Rayni N Massardi (53) di rumah barunya itu juga baru saja menyelesaikan satu buku kumpulan 13 cerpen terbaru. Rencananya, karya itu bakal diterbitkan sebuah penerbit di Yogyakarta.
Kami berbincang di rumahnya di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Senin (24/5) sore lalu.
Rumah pasangan penulis itu terdiri dari tiga lantai di lahan 112 meter persegi. ”Rumah kami ini tidak besar, tetapi fungsional. Semua yang ada di rumah ini memang kami butuhkan. Hampir tak ada yang berlebihan,” kata Rayni yang juga penggiat film.
”Semua cerpen itu ditulis di ruang lantai dua lho,” kata perempuan awet muda itu sambil tertawa renyah.
Kami pun naik ke lantai dua.
Tepat di pojok dekat tangga, terdapat satu ruang dengan jendela menghadap ke luar. Di ruang itu ada meja, satu set komputer, serta buku-buku tertata rapi. Itulah tempat kerja Noorca. Kalau jenuh menulis di rumah, dia suka meneruskan menulis sambil nongkrong di kafe di kawasan Bintaro.
Noorca juga betah bekerja di ruang pojok dekat tangga di lantai dua. Dia menyukai jendela di ruang itu karena membuat sirkulasi udara leluasa keluar-masuk. Dari jendela, dia bisa melongok langit atau menikmati suasana lengang di luar.
Tak jauh ruang itu, ada dua kamar tidur. Satu untuk Noorca-Rayni; satu lagi buat si bungsu, Nakita Massardi (24). Kakak Nakita, Cassandra Massardi (33), sudah berumah sendiri.
Di antara dua kamar itu, ada ruang kosong kecil. Ruang ini juga diberi meja dan komputer. ”Kalau ini tempat kerja saya. Walau agak panas, saya bisa ngetik di sini lho,” papar perempuan yang pernah menerbitkan kumpulan cerpen Pembunuh (2005) dan I Don’t Care (2008) dan yang baru saja terbit, Ngoprek Santai Syair Lagu, itu.
Di lantai tiga, terdapat satu ruangan tambahan untuk perpustakaan. Seluruh dinding kamar disesaki rak-rak dan lemari penuh buku.
Taman kecil
Kita turun ke lantai satu.
Sebuah taman kecil dengan tanaman air terhampar di depan teras. Karena tak dirancang sejak awal, teras ini terpaksa ”memakan” sedikit ruang tamu. ”Tetapi, kami suka teras ini. Kami biasa duduk-duduk santai,” kata Noorca.
Begitu melewati pintu depan, kami langsung masuk di ruang tamu. Ruang itu tembus ke bukaan alias void di bagian belakang. Di lantai pertama itu, hanya ada satu kamar, berukuran sekitar 7 x 3 meter. Kamar paling besar di rumah itu digunakan ibu Rayni, Nini Anwar Moein (78). ”Saya ingin beliau nyaman,” katanya.
Untuk menambah suasana alam, mereka mengubah void di belakang menjadi taman. Sebagian dinding taman disulap jadi air terjun kecil dengan suara gemercik. Sebagian lagi dipenuhi tanaman hias dengan sistem tanam hidroponik yang merayap ke atas. Di situ pula ditempatkan satu kandang kelinci, binatang peliharaan Bondi, cucu Noorca-Rayni dari Cassandra. Taman, air terjun, dan kandang itu memberi suasana lebih alami.
Ada juga sedikit aksen bernuansa Bali. Di teman depan, misalnya, ditanam pohon kamboja Bali kuning. Kain pelapis gorden jendela menggunakan motif poleng hitam-putih. ”Kami berdua suka pergi di Bali. Sesuatu yang berbau Bali itu menyenangkan,” kata Noorca, yang pernah tinggal beberapa bulan di Ubud saat menyelesaikan novel September (2006) dan Dia (2008).
Untuk lebih menyuntikkan semangat kreatif, sebagian dinding rumah ditempeli banyak foto keluarga, poster film kesayangan, puisi lama Noorca, dan foto kenangan pasangan itu saat tinggal di Paris, Perancis. Noorca dan Rayni memang pernah kuliah di Perancis tahun 1977-1981.
”Kami nyaman dan bisa berkarya di sini. Di rumah ini kami akan menikmati masa tua,” kata Noorca.
Sambil terus menulis tentu.
Sumber: Kompas, Minggu, 30 Mei 2010
No comments:
Post a Comment