Wednesday, May 26, 2010

[Teropong] Ujian Nasional: Perkabungan dari DI Yogyakarta

-- Irene Sarwindaningrum dan Mohamad Final Daeng

KABAR duka menyeruak di Provinsi DI Yogyakarta pascapengumuman hasil ujian nasional utama tahun 2010. Provinsi bereputasi baik di bidang pendidikan itu terpuruk di urutan terendah se-Jawa dalam peringkat kelulusan ujian nasional. Padahal, tak kurang-kurang persiapan yang dilakukan menjelang ujian nasional. Namun, penyebab tingginya angka kegagalan masih kabur.

Pelajar dari sejumlah sekolah mengikuti ujian nasional ulangan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Yogyakarta, Jalan Yos Sudarso, Yogyakarta, Senin (10/5). Ujian nasional ulangan di DI Yogyakarta diikuti oleh 9.166 pelajar SMA/MA/SMK. (KOMPAS/ FERGANATA INDRA RIATMOKO)

Angka kelulusan ujian nasional (UN) utama SMA/MA/SMK DI Yogyakarta tahun ini 76,3 persen. Bukan main-main. Angka itu turun 18,8 persen dari kelulusan tahun 2009. Tahun ini, dari 39.938 peserta UN, 9.237 siswa di antaranya gagal. Itulah posisi terendah dalam delapan tahun terakhir.

Selain mengecewakan, fakta itu juga mengejutkan. Tingkat kelulusan DIY tahun 2009 naik tinggi, yaitu 7 persen, dari tahun 2008.

Sekolah-sekolah favorit yang biasa meluluskan 100 persen siswanya tahun ini tak terhindar dari kegagalan. Dari 390 SMA/MA/SMK di DIY, hanya empat sekolah meluluskan 100 persen. Itu pun sekolah swasta dengan siswa kurang dari 20 anak dan bukan sekolah favorit.

Dari sisi persiapan, sebagian besar sekolah dan pelajar sudah maksimal. Di SMA Negeri 1 Sedayu, Bantul, ada tujuh program persiapan UN utama. Selain bimbingan belajar intensif, diadakan pula 13 kali uji coba UN, bimbingan khusus dari guru mata pelajaran, hingga bimbingan psikologi. Sekolah juga menambah jam pelajaran dari 36 jam menjadi 42 jam sepekan, khusus untuk tambahan pelajaran UN.

Namun, angka kelulusan di SMA itu jauh dari harapan. ”Dari 330 peserta, 116 orang di antaranya tak lulus. Tahun lalu, dari 342 murid, hanya 8 murid kami yang tidak lulus,” tutur Kepala SMA Negeri 1 Sedayu Sumiyono, Rabu (12/5).

Sejak kelas II

Di SMA Negeri 4 Yogyakarta, persiapan UN dilakukan sejak pelajar kelas II. Tahun ketiga, bimbingan diintensifkan dengan pelajaran khusus latihan mengerjakan dan membahas soal UN setiap hari Jumat. Tahun ini, 20 dari 120 peserta UN utama di SMA itu tidak lulus. ”Tahun lalu dua pelajar tak lulus UN,” kata Kepala SMA Negeri 4 Yogyakarta Suradi.

Untuk menyiapkan UN ulangan, SMAN 4 Yogyakarta mengadakan bimbingan belajar khusus bagi anak yang tidak lulus. Mereka harus masuk sekolah setiap hari, sejak pengumuman kelulusan UN utama hingga pelaksanaan UN ulangan.

Selain mengikuti bimbingan belajar di sekolah, sebagian pelajar juga mengikuti les dan bimbingan belajar di luar sekolah yang biayanya mencapai Rp 3 juta. Pelajar SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, Ayu Kusuma (18), misalnya, les privat sepekan dua kali khusus menghadapi UN utama. Ia gagal pada mata uji Matematika.

Sejumlah dugaan

Faktor-faktor penyebab merosotnya kelulusan UN utama di DIY baru dugaan, mulai bobot soal yang lebih sulit, majunya jadwal ujian nasional, pengawasan ketat, hingga maraknya peredaran kunci jawaban yang salah. Sejauh ini belum satu pun dugaan dipastikan.

Koordinator Pelaksana UN DIY Baskara Aji di Yogyakarta, Senin (17/5), mengatakan, banyak laporan, peserta UN percaya begitu saja kunci jawaban yang beredar melalui pesan layanan singkat (SMS). Padahal, tak satu pun kunci jawaban itu benar.

Menurut dia, evaluasi memastikan penyebab jatuhnya UN baru dilakukan pertengahan Juni 2010 setelah seluruh hasil UN ulangan diperoleh. Tujuannya, hasil evaluasinya menyeluruh dan tak sepotong-sepotong.

Evaluasi meliputi proses pembelajaran di sekolah, kualitas guru, dan lingkungan sekolah. ”Kalau dievaluasi sekarang, hanya akan melihat hasil UN utama,” katanya.

Menurut pemerhati pendidikan sekaligus guru Bahasa Indonesia SMA Kolese De Britto, ST Kartono, turunnya tingkat kelulusan di DIY disebabkan faktor di luar proses pembelajaran dan kualitas guru. Sebab, penurunannya sangat drastis.

”Ada faktor X. Kalau dari guru atau proses pembelajaran, proses penurunan prestasi akan terlihat. Polanya menurun sedikit-sedikit selama bertahun-tahun,” tuturnya.

Dugaan lain, ketatnya pengawasan UN yang memperkecil kesempatan berbuat curang mengandalkan bantuan jawaban dari luar ruang ujian. Bila dugaan itu benar, ada masalah besar pada pendidikan di Yogyakarta, yang selama ini tak terlihat di permukaan.

Koordinator Tim Pengawas UN SMA/MA DI Yogyakarta yang juga Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Rochmat Wahab, membenarkan ketatnya pengawasan UN 2010. Temuan kecurangan UN di DIY berkurang drastis.

Penurunan UN

Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan DIY Wuryadi berpendapat, penurunan UN tanpa pola jelas mengindikasikan kesalahan pada soal yang diujikan. Bisa jadi, soal tak sesuai dengan kurikulum di sekolah. ”Saat ini banyak sekolah menggunakan kurikulum 1994-1996. Padahal, sekarang kurikulum sudah sampai 2006,” ujarnya.

Menanggapi hasil UN utama itu, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X kecewa. Ia berharap semua pihak membantu pelajar yang tak lulus menyiapkan UN ulangan. Bahkan, Sultan secara khusus menyemangati 500 wakil pelajar yang tak lulus UN utama di Bangsal Kepatihan sebelum UN ulangan pada 10-14 Mei 2010. Sultan juga meminta ada tim evaluasi penyebab kelulusan turun.

Meskipun kabar duka menyentak dan menggoyang predikat Yogyakarta sebagai ”kota pendidikan”, Wakil Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti menolak itu menandakan turunnya kualitas pendidikan di Yogyakarta. ”Masih banyak parameter lain, seperti prestasi penelitian pelajar di tingkat nasional atau internasional,” katanya.

Sumber: Kompas, Rabu, 26 Mei 2010

No comments: