Saturday, May 15, 2010

Kunjungan Lech Walesa: Pluralisme di Indonesia Lebih Rumit

YOGYAKARTA, KOMPAS - Pada kunjungannya di Yogyakarta, pemenang Nobel Perdamaian tahun 1983, Lech Walesa, menyatakan mengagumi persatuan bangsa Indonesia. Berisi ratusan etnis, beragam budaya, dan agama, Indonesia ternyata mampu bersatu untuk waktu lama.

”Perbedaan di Indonesia jauh lebih rumit daripada di Eropa. Namun, persatuan bisa terjalin begitu lama. Saya ingin belajar soal persatuan bangsa Indonesia,” tuturnya pada seminar bertema ”Kontribusi Pluralisme dalam Demokrasi” di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jumat (14/5).

Selama kunjungannya di Indonesia, mantan Presiden Polandia itu mendorong tumbuhnya solidaritas dan kesetaraan untuk mewujudkan perdamaian serta demokrasi di negara yang plural. Kesadaran kesetaraan dan solidaritas antarwarga merupakan landasan terpenting mempersatukan bangsa yang terdiri atas beragam suku dan agama dalam sistem demokrasi.

”Tanpa solidaritas dan kesadaran kesetaraan, demokrasi yang damai dan sehat akan sulit terwujud di sebuah negara yang plural,” tuturnya. Dia mengatakan, saat ini persatuan antarbangsa semakin penting karena tantangan dunia semakin berat di masa mendatang.

Lech Walesa adalah tokoh reformasi damai di Polandia. Sebelum terpilih sebagai presiden, mantan pemimpin serikat buruh Polandia, Solidarnosc, itu sukses menggerakkan reformasi melawan rezim komunisme tanpa kekerasan. Ia memimpin Polandia periode 1990-1995.

Duta Besar Republik Polandia untuk Indonesia Tomasz Lukaszuk mengatakan, kunjungan Walesa ke Indonesia juga untuk meningkatkan kerja sama ekonomi antara Polandia dan Indonesia.

Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta A Koesmargono mengatakan, Indonesia perlu belajar dari reformasi damai di Polandia. Kedatangan Walesa ke Yogyakarta atas undangan Yayasan Indonesia Kebanggaanku. (IRE)

Sumber: Kompas, Sabtu, 15 Mei 2010

No comments: