Thursday, May 27, 2010

[Muda] Mengapresiasi Drama Musikal

MuDA-ers mungkin sering menganggap apresiasi seni itu membosankan. Mungkin juga ada yang berpikiran hal itu tak berguna. Sama halnya dengan belajar bahasa Inggris karena dianggap sulit dan buang-buang waktu.

DOK SMA KANISIUS

Tapi, bagaimana kalau kedua hal itu digabungkan? Apresiasi seni lewat bahasa Inggris itu asyik banget.

Apresiasi seperti inilah yang dilakukan Canisius Art Blast 2010 lewat ”Caring for Others” pada 23-24 April 2010. Canisius Art Blast (CAB) adalah acara kesenian yang diadakan SMA Kanisius, berkolaborasi dengan SMA Sang Timur dan SMK Santa Theresia, Jakarta.

CAB tahun ini yang ke-4 setelah tahun 2002, 2004, dan 2006. Acara ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan apresiasi seni drama, lukis, foto, dan musik.

Dengan tema ”Caring for Others”, acara ini diharapkan mengajarkan siswa bahwa manusia selalu saling membutuhkan. Acaranya meliputi pameran foto karya anggota Canilens (ekskul fotografi CC), pameran lukisan, dan tentu saja pementasan drama musikal ”Oliver” yang menggunakan bahasa Inggris.

”Oliver”

”Oliver” dipilih sebagai tema drama CAB karena, menurut Pak Tri Anung, Ketua Panitia CAB tahun ini, ceritanya sesuai dengan tema CAB. Selain itu, cerita ”Oliver” juga menggambarkan realitas sosial di Indonesia dewasa ini. Mungkin berbeda zaman, tetapi setting sosial drama ”Oliver” memang mirip situasi di Indonesia.

Menurut Pak Anung, persiapan untuk drama ini dimulai dengan audisi pada November 2009. Sedangkan persiapan teknisnya dimulai Februari 2010.

”Latihannya cukup berat, tapi dibawa fun,” ujar Kevin Ferdiyamin yang berperan sebagai Oliver.

Hal senada diungkapkan Patricia Ranietta dari SMK Santa Theresia yang menjadi orphan, crowd of London dan penjual susu. ”Capek banget, tapi seru,” ujarnya.

Mas Joned, sang sutradara, mengatakan, karena proyek ini melibatkan tiga sekolah, mereka harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Pasalnya, ada saja anggota yang absen latihan karena berbagai alasan.

Maka, latihan pun berjalan sampai malam. Pihak sekolah sempat menerima keluhan dari orangtua. Tapi, pada akhirnya ”Oliver” berjalan lancar dan mendapat sambutan penonton.

Bahasa Inggris

”Oliver” unik karena dipentaskan dalam bahasa Inggris. Pak Anung ingin menunjukkan pelajar pun dapat mempresentasikan seni dengan bahasa Inggris.

Betul juga sih. Soalnya bahasa Inggris kan bahasa global dan memang baik bagi MuDA-ers yang hidup di era globalisasi. Jika fasih berbahasa Inggris, kita akan lebih mudah menyerap informasi dari media online yang umumnya berbahasa Inggris.

MuDA-ers yang kurang menunjukkan ketertarikan dalam bidang seni dapat merasakan bahwa seni itu menarik. Apalagi bila dengan sentuhan bahasa Inggris, kesannya unik, mengasyikkan.

Dengan bahasa Inggris, ”Oliver” tak kehilangan makna. Sering kan cerita-cerita dari luar diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, lalu membuat cerita itu jadi kehilangan makna karena pengalihan bahasa. Dengan bahasa aslinya, kata Mas Joned, maknanya lebih ”dapet”.

Pementasan berbahasa Inggris juga bisa meningkatkan keinginan kita untuk memperdalam kemampuan berbahasa Inggris. Dengan begitu, kita dapat mengartikan globalisasi dengan benar, tanpa salah pemahaman.

Bermanfaat

Sering kita lihat banyak demo anarki dan kekerasan yang diperlihatkan sebagian masyarakat. Ada yang protes mengenai gaji, pajak, korupsi, bahkan budaya daerah! Di tengah kekacauan tersebut, seni dan sastra mulai terlupakan. Akibatnya, kreativitas rakyat berkurang.

Daripada ikut-ikutan rusuh, kan MuDA-ers bisa mengalihkan semangat itu pada hal positif seperti seni dan sastra. Dengan apresiasi seni, kreativitas dapat ditingkatkan dan mengarah pada pola pikir sehat. Apalagi bila seni dapat dimanfaatkan untuk memaknai globalisasi. Wuihhh!

So, daripada ikut-ikutan anarki, mending kita arahkan aspirasi pada hal yang lebih mendidik, seperti seni dan bahasa. Kan lebih indah dan bermakna! See ya in the next CAB, guys!

TIM SMA KANISIUS: Albert Santoso, Yohanes Wirawan Putranto, William Agung Prabowo, Stener Lie, Georgius Kevin Budiman, Rainer Marko Fajar, Thao Feng, Arza)

Sumber: Kompas, Kamis, 27 Mei 2010

No comments: