Thursday, May 27, 2010

[Muda] Tentang Oliver Twist

SETELAH membaca artikel utama, MuDAers pasti pengin tahu tentang cerita Oliver Twist. Oliver alias The Parish Boy’s Progress adalah novel Charles Dickens yang kedua.

Oliver lahir di Inggris tahun 1830-an. Ibunya, tak beridentitas, ditemukan mati tergeletak di jalan setelah melahirkannya. Oliver menghabiskan masa kecil di panti asuhan. Karena membuat ngamuk Mr Bumble, pengawas panti, Oliver dijual dengan harga tujuh sen!

Ia dibeli Mr Sowerberry, penjaja peti mati. Di sini, dia kembali membuat seorang pegawai Mr Sowerberry marah. Oliver pun dikurung di ruang bawah tanah sebelum ia kabur ke London.

Di London, Oliver yang lelah dan haus bertemu Artful Dodger, bocah sebaya dia. Dodger menawarkan rumah yang juga markas bosnya, Fagin, kepala geng pencopet anak-anak.

Setelah latihan mencopet berulang kali, Oliver mendapat tugas mencopet bersama dua temannya. Dodger mencuri dompet Mr Brownlow, tapi malah Oliver yang dituduh mencuri.

Dia tertangkap dan dianggap bersalah. Namun, kebaikan hati Mr Brownlow, yang merasa tak adil seorang anak di bawah umur dihukum, membuatnya mengadopsi Oliver.

Rupanya Oliver adalah cucu Mr Brownlow. Ini diketahui lewat foto yang terpampang di rumah Mr Brownlow. Sayang, kebersamaan mereka tak berlangsung lama sebab Bill Sikes, alumnus geng copet Fagin, menculik Oliver atas perintah Fagin.

Nancy, kekasih Bill, iba melihat nasib Oliver. Nancy berhasil membawa Oliver ke Jembatan London untuk bertemu Mr Brownlow.

Bill yang mengetahui hal itu marah, lalu mengejarnya. Bill yang sudah kehilangan akal sehat langsung memukuli Nancy hingga tewas.

Bill lalu kabur membawa Oliver. Ternyata benar, dengan bantuan Bullseye, seekor anjing, Bill tertangkap polisi dan ditembak mati. The end, Oliver hidup bahagia bersama Mr Brownlow.

Di sini Dickens menggambarkan potret mengenai kriminalitas dan kehidupan bobrok secara menarik. Ia secara gamblang mengekspos perlakuan kasar yang diterima anak-anak jalanan di London pada masa Revolusi Industri.

Sumber: Kompas, Kamis, 27 Mei 2010

No comments: