PENGELOLAAN Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin yang memiliki koleksi hingga 50.000 dokumen perlu penyegaran. Dengan model pengelolaan konservatif, bukan mustahil dokumen yang merekam jejak budaya bangsa punah.
Cok Sawitri (Kompas/Agus Susanto)
Agar kelangsungan terjaga, dokumen asli perlu dialihkan ke dalam bentuk microfilm. Kelengkapan di pusat dokumen yang hanya berupa scanner dan mesin fotokopi malah mempercepat kerusakan dokumen, terutama dokumen yang sudah tua.
”Pendokumentasian dengan microfilm berguna untuk jangka panjang,” tutur Cok Sawitri (42), penulis dan penggiat teater yang tengah menyiapkan novel ketiga, Ni Diah Tantri.
Pendiri Forum Perempuan Mitra Kasih Bali ini mengusulkan pengelola PDS HB Jassin, pemerintah, dan pihak ketiga yang netral bertemu untuk berdiskusi. ”Pengalihan dokumen menjadi bentuk microfilm bisa menjadi langkah awal. Lalu, setiap menyelesaikan satu tema—misalnya, surat-surat Chairil Anwar—pengelola memublikasikan kepada masyarakat,” ujar penulis Janda dari Jirah (2007) dan Sutasoma (2009) ini.
Dengan cara demikian, publik mengetahui koleksi yang dimiliki PDS HB Jassin dan bisa memberi manfaat lebih besar. ”Tidak ada salahnya pengelola mengundang publik, terutama kampus, untuk datang,” ujarnya. (BEE)
Sumber: Kompas, Selasa, 5 April 2011
No comments:
Post a Comment