PADA masa Orde Lama, pengenalan musik tradisional China menjadi salah satu bukti kelekatan hubungan diplomatik China-Indonesia. Orde Lama runtuh. Muncul Orde Baru yang melarang semua wujud budaya Tionghoa termasuk musik. Pergantian rezim di era pemerintahan Gus Dur membawa angin perubahan yang menumbuhkan kegairahan mengenal budaya China.
Alat musik tradisional China menjadi bukti usia kebudayaan Tionghoa yang sudah sangat tua, berusia ribuan tahun dan tetap lestari hingga kini. Pada bunyinya, penikmat menemukan keteduhan. Bagi kaum peranakan China di Indonesia, musik tradisional China memperkaya hidup sebagai warga negara Indonesia.
Generasi muda peranakan Tionghoa seperti Caroline Irwan (21) mengaku menyukai musik tradisional China karena alasan sederhana. Bunyinya yang enak dan klasik. Ia pun kini telah menguasai alat musik jenis pipa. Dian Nita Ayu (15) juga menemukan bakat musiknya ketika memainkan yangqin.
Tiap alat musik memiliki sejarahnya sendiri-sendiri. Alat musik kuno guzheng bernama asli zheng. Karena kekunoannya, ia diberi tambahan kata gu (kuno) dan dikenal sejak 400 tahun sebelum Masehi. Guzheng standar bersenar 21 dengan timbre jernih dan merdu.
Alat musik tiup tertua di China dengan sejarah lebih dari 7.000 tahun adalah zhudi. Suling bambu zhudi ini terdiri dari satu lubang tiup, satu lubang membrans, dan enam lubang nada. Erhu yang menyerupai biola memiliki sejarah lebih dari 1.000 tahun sejak zaman Dinasti Tang (618-907).
Satu-satunya alat musik tradisional China yang diadopsi dari luar China adalah yangqin. Alat musik yang juga dikenal dengan nama dulcimer ini diperkenalkan pada zaman Dinasti Ming (1368-1644) ke China dari negeri asalnya di Timur Tengah. Yangqin China memiliki dua sayap di kanan kiri seperti kupu-kupu dan dimainkan lewat dua tangan yang memukul string dengan pemukul berbahan bambu.
Di Indonesia, hingga kini alat musik tradisional China masih didatangkan dari Tiongkok. Mayoritas berbahan baku kayu cemara dengan rentang harga Rp 4 juta hingga Rp 10 juta. (WKM)
Sumber: Kompas, Minggu, 10 April 2011
No comments:
Post a Comment