JAKARTA, KOMPAS - Museum-museum di Indonesia mempunyai koleksi-koleksi terbaik, langka, dan kelas dunia. Namun, jika pengamanannya tidak ditingkatkan dan database atau register tidak dilakukan serta dicek ulang, koleksi-koleksi itu dikhawatirkan dicuri orang atau mungkin hilang.
Demikian pendapat kurator Ady Rosa, pengelola wisata Sahabat Museum Ade Purnama, budayawan Asril Koto, dan Direktur Museum Direktorat Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Intan Mardiana, akhir pekan lalu.
Ady Rosa mengatakan, jika koleksi di museum-museum terkemuka di Perancis—yang menyimpan mahakarya maestro dunia seperti lukisan Picasso—bisa dicuri, meski tingkat pengamanannya sangat ketat, Indonesia apalagi, rawan pencurian. Mungkin yang dicuri tidak saja karya seni para maestro, tetapi juga artefak-artefak budaya masa lalu yang tak ternilai harganya.
Kurator Ady Rosa mengatakan, pengunjung mudah masuk membawa barang bawaannya tanpa terdeteksi. Lalu, di ruangan pameran tidak ada petugas, sementara karya-karya maestro disimpan dan dipajang tanpa pengawalan ekstra, bukan tidak mungkin terjadi kasus pencurian. ”Apalagi, register dari karya-karya maestro dan artefak budaya bernilai tinggi itu tak jelas. Ini membuka peluang terjadinya pencurian,” ungkapnya.
Ade Purnama yang sering membawa rombongan berwisata ke pelbagai museum mengakui, sistem pengamanan museum di Indonesia tidak ada yang canggih. ”Kondisi seperti ini bisa membuat orang berubah pikiran menjadi pencuri,” ujarnya.
Asril Koto mengatakan, tidak semua museum di Indonesia punya kamera pengintai CCTV atau pintu masuk dengan detektor atau X-ray. Pengamanan baru sebatas petugas pengamanan.
Direktur Museum Intan Mardiana mengatakan, persoalan museum di Indonesia sangat kompleks. Selain pengamanannya lemah, manajemen koleksi, pelayanan, dan kondisi museum juga butuh pembenahan. (NAL)
Sumber: Kompas, Senin, 7 Juni 2010
No comments:
Post a Comment