Anugerah Kebudayaan Diberikan Sejak 2007
Jakarta, Kompas - Sepuluh seniman dari sejumlah daerah, Rabu (23/6) di Jakarta, menerima Anugerah Kebudayaan dari Pemerintah Republik Indonesia. Anugerah Kebudayaan ini diberikan untuk berbagai kategori.
”Bangsa yang berbudaya tinggi adalah bangsa yang menghargai budayawannya,” kata Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik yang memberikan penghargaan itu atas nama Pemerintah Republik Indonesia
Pemberian penghargaan ini, kata Jero Wacik, agar para maestro seni tradisi tetap bersungguh-sungguh melaksanakan pewarisan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.
Tradisi pemberian penghargaan kepada seniman dimulai sejak tahun 2007 dan sampai sekarang sudah 45 seniman yang menerimanya.
Seniman penerima
Penerima Anugerah Kebudayaan sebagai Maestro Seni Tradisi adalah Rd Enny Rukmini Sekarningrat (96), maestro pencak silat empat zaman, asal Bandung. Sebagai dewan pakar pencak silat di Pengurus Besar Ikatan pencak Silat Seluruh Indonesia, namanya sudah sangat dikenal sampai ke tingkat internasional. Ia pemimpin Silat Panglipur.
Penghargaan juga diberikan kepada seniman tari Dayak asal Desa Miau Baru, Kabupaten Kutai Timur, Peda’an (70).
Penghargaan serupa diberikan kepada Muhamad Yazed (85) dari Bengkalis, Riau, yang dikenal sebagai maestro tari zapin, serta kepada Batman (68), warga Suku Laut Sawang dari Bangka Belitung, yang merupakan maestro seni tradisi Campak Dalung.
Anugerah Kebudayaan Kategori Hadiah Seni diberikan kepada Ahmad Tohari (62) dan Ali Hanafi (50). Ahmad Tohari, asal Banyumas, Jawa Tengah, adalah salah seorang sastrawan terkemuka yang sudah meraih berbagai prestasi nasional dan internasional.
Ali Hanafi (50) adalah penari dan koreografer yang sudah malang melintang selama 30 tahun di Maluku Utara. Pemimpin Sanggar Seni Sekar Taruna ini sampai sekarang masih mencipta tari.
Untuk kategori Pelestari dan Pengembang Warisan Budaya adalah Thimotius Samin (60), pengembang tradisi budaya Kamoro, Papua, khususnya seni ukir patung khas Komoro. Penghargaan juga diberikan kepada I Wayan Widia (62), penggali dan pelestari adat Tenganan, Bali.
Sementara anugerah kebudayaan kategori anak/pelajar/remaja yang berdedikasi terhadap kebudayaan diberikan kepada Wiranata Prahara Ilahi (15), asal Palembang, Sumatera Selatan, yang peduli pada seni teater dan puisi. Anugerah juga diberikan kepada Naqdzyatun Nur Ivana (8) asal Gorontalo, yang telah meraih berbagai prestasi di bidang seni sastra dan mendongeng. (NAL)
Sumber: Kompas, Kamis, 24 Juni 2010
No comments:
Post a Comment