Saturday, June 19, 2010

Perekaman Badak di Ujung Kulon Usai

Serang, Kompas - Tim Identifikasi Badak 2010 telah mengambil 58 kamera jebak yang dipasang untuk memonitor jumlah minimal badak bercula satu di Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Jumlah badak baru diketahui pada pertengahan Juli.

Ketua Pelaksana Tim Identifikasi Badak 2010 Dodi Sumardi saat dihubungi dari Serang, Provinsi Banten, Jumat (18/6), mengatakan, semua kamera kini ada di Kantor Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) sejak Kamis (17/6).

Menurut Dodi, terbuka kemungkinan ada satu individu badak terekam kamera yang berbeda karena daya jelajahnya. ”Gambar badak itu akan diteliti. Mudah-mudahan biasnya kecil dan tidak ada penghitungan ganda pada satu individu,” katanya.

Pengidentifikasian dilakukan pada ciri fisik setiap individu badak yang terekam. Ciri itu antara lain ada-tidaknya cula yang menunjukkan jenis kelamin, bentuk telinga, dan ukuran tubuh.

Sebanyak 58 kamera, dua lainnya rusak, dipasang Tim Identifikasi Badak 2010 di daerah konsentrasi badak dengan klasifikasi kepadatan tinggi, sedang, dan rendah. Kamera dipasang di kubangan, jalur badak, dan rumpang (areal terbuka di dalam kawasan hutan sekunder habitat badak jawa). ”Kamera itu on (aktif) 19 hari, mulai dari 23 Mei hingga 10 Juni,” kata Dodi.

Metode penghitungan badak 2010 ini berbeda dengan metode yang dipakai 10 tahun terakhir yang menggunakan teknik transek—menghitung jumlah badak berdasarkan jejak di lapangan. ”Setiap tahunnya estimasi populasi nyaris sama, di kisaran 50-60 ekor,” kata Dodi.

Hal itu menimbulkan pertanyaan, apakah populasi badak di TNUK benar di kisaran itu, apakah kawasan itu sudah tidak mampu menampung badak sehingga populasi tidak berubah, atau metode penghitungannya masih memiliki bias besar.

Kekurangan penghitungan jejak, kata Dodi, yaitu potensi penghitungan ganda individu badak karena jejak individu badak yang sama bisa tercetak berbeda di jenis tanah yang berbeda.

Kepala Urusan Evaluasi dan Pelaporan Balai TNUK Monica Dyah Rahmaningsih menuturkan, hasil rekaman juga akan dipakai untuk menghitung perkiraan populasi badak di TNUK. Kini, badak bercula satu merupakan satwa paling dilindungi di dunia—masuk dalam klasifikasi hewan terancam punah dan berisiko tinggi dari kepunahan dalam waktu dekat. (CAS)

Sumber: Kompas, Sabtu, 19 Juni 2010

No comments: