JAKARTA, KOMPAS - Karya seni bisa menjadi sarana untuk mengungkapkan spirit kebangsaan. Raden Saleh, seniman Indonesia yang melanglang buana ke Eropa, telah membuktikannya melalui lukisan yang berkarakter Jawa, meski dia lama hidup di tengah budaya internasional.
Demikian salah satu gagasan yang muncul dalam ”Seminar Raden Saleh Syarif Bustaman: An Artist and His Life, The Many Worlds of Raden Saleh” di Auditorium Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta Pusat, Kamis-Jumat (25/6). Acara yang digelar sebagai peringatan dies natalis ke-40 Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu menghadirkan sejumlah pengamat budaya dan seni dari dalam dan luar negeri. Mereka, antara lain, adalah kurator dan pengamat sejarah dari The Leiden University, Belanda, Marie- Odette Scalliet; pengamat seni asal Perancis, Helene Feillard; pengamat seni dari Jerman, Werner Kraus; dan kurator dari Jakarta, Jim Supangkat.
Pada seminar hari kedua, Jumat, Jim Supangkat mengungkapkan, Raden Saleh (1807– 1880) termasuk sedikit dari kaum intelektual Asia yang mula-mula mengenyam kesadaran pemikiran modern dunia. Meskipun begitu, kemodernan seniman ini diungkapkan dengan cara berbeda dari umumnya budaya Barat.
”Lukisan-lukisan Raden Saleh memang dipengaruhi gaya romantisme Eropa abad ke-19. Namun, dia mengolah gaya itu untuk memperkuat pernyataan politik (kebangsaan) yang menjadi aspirasinya,” kata Jim.
Lukisan tentang penangkapan Pangeran Diponegoro, misalnya, tidak menggambarkan sikap pahlawan yang bertekuk lutut pada kekuasaan Belanda, sebagaimana lukisan resmi pemerintah kolonial itu. Raden Saleh justru menampilkan sang pangeran sebagai sosok yang gagah dan punya harga diri tinggi. Pasukannya tak bersenjata karena saat itu bulan puasa yang suci dan dilarang perang.
”Lukisan mengesankan, penangkapan itu merupakan kelicikan Belanda, bukan gambaran Pangeran Diponegoro yang kalah perang,” katanya.
Werner Kraus menjelaskan, Raden Saleh termasuk seniman Asia yang mula-mula bersinggungan dengan seni dan budaya Eropa, terutama Belanda, Perancis, dan Jerman. Sosok dan karyanya mencerminkan pengaruh budaya Eropa, tetapi juga masih memendam unsur Jawa. Kraus menyebutkan, Raden Saleh memperoleh apresiasi sebagai seniman dari Jawa saat tinggal beberapa tahun di Jerman.
Menurut Heri Dono, seniman muda asal Yogyakarta, Raden Saleh telah menyumbangkan pelajaran penting bagi seniman Indonesia sekarang. ”Dia bisa memosisikan eksistensi seni rupa dan kehidupan kebudayaan lokal Indonesia di mata dunia tanpa harus hanyut 100 persen dalam persepsi dan konsep seni rupa dunia,” katanya. (IAM)
Sumber: Kompas, Sabtu, 26 Juni 2010
No comments:
Post a Comment