Yogyakarta, Kompas - Keraton Yogyakarta bekerja sama dengan Universitas Leipzig, Jerman, menyimpan naskah-naskah kuno milik Keraton Yogyakarta dalam bentuk digital. Dengan cara ini, manuskrip milik Keraton Yogyakarta dapat diakses masyarakat tanpa risiko kerusakan fisik.
”Digitalisasi sangat penting untuk naskah-naskah yang ada,” kata Sultan Hamengku Buwono X, Raja Keraton Yogyakarta yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, seusai menandatangani nota kesepahaman Proyek Pelestarian Naskah (manuskrip) Jawa yang dimiliki Keraton Yogyakarta di Gedhong Jene, Keraton, Yogyakarta, Senin (21/6).
Nota kesepahaman tersebut ditandatangani Sultan dan Direktur Institut Studi Oriental Universitas Leipzig Prof Eckehard Schulz.
Sultan menyatakan, selama ini Universitas Leipzig telah membantu pelestarian manuskrip keraton dengan mendigitalkannya. Digitalisasi manuskrip penting bagi masyarakat yang ingin mengakses tanpa membuka naskah asli.
Sultan mengungkapkan, banyak manuskrip Keraton hilang salah satunya karena diambil Inggris saat Sri Sultan Hamengku Buwono II ditangkap.
Eckehard menyambut baik kepercayaan Keraton Yogyakarta kepada Universitas Leipzig untuk ikut terlibat dalam pelestarian manuskrip. Dari kerja sama ini, Jerman mendapat kesempatan besar mempelajari sejarah dan peran keraton dalam perkembangan Islam di Indonesia. ”Ini bagian dari upaya kami lebih memahami pluralisme umat beragama di Indonesia,” ungkap Eckehard.
Duta Besar Indonesia untuk Jerman Eddy Pratomo menyatakan, ada sekitar 300 manuskrip Keraton Yogyakarta yang akan didigitalkan. Saat ini, 170 di antaranya sudah dilakukan. ”Manuskrip itu juga diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan Inggris,” ujarnya. (RWN)
Sumber: Kompas, Selasa, 22 Juni 2010
No comments:
Post a Comment