Monday, June 21, 2010

Budaya: Pesona Kebaya Songket Minang Dilirik Amerika

PEREMPUAN berkebaya tidak identik dengan usia paruh baya, tua. Remaja tetap memesona saat berkebaya.

Perancang busana Riny Suwardy, Sabtu (19/6) di Jakarta, pada acara Bidakara Wedding Expo 5 menampilkan busana kebaya pengantin bertajuk Kemilau Songket Minang. Kebaya pengantin yang ditampilkan menarik perhatian pengunjung karena beda dengan rancangan pada umumnya. Riny sudah mendapat tawaran untuk menggelar peragaan busana dari bahan songket Minang ini di Amerika Serikat. (KO M PA S / Y U R N A L D I)

Cermati busana-busana kebaya rancangan Riny Suwardy yang diperagakan di Bidakara Wedding Expo 5, Sabtu (19/6) di Hotel Bumi Karsa Bidakara, Jakarta. Peragaan busana bertajuk Kemilau Songket Padang ini memberikan kesan simpel, elegan dan glamour, serta anggun bagi si pemakai. Bahkan, tetap terkesan ”mewah” dengan perpaduan detail dan keharmonisan warna-warna payetnya.

”Simpel karena model kebaya yang saya rancang lebih banyak menampilkan model-model kebaya pendek. Namun, dengan sentuhan perubahan ornamen-ornamen ’unik’ lainnya, seperti ’buntut’ di belakangnya, penampilan kebaya tersebut tampak lebih elegan. Keberadaan ’buntut’ tidak permanen sehingga pada suatu kesempatan lain, si pemakai dapat melepaskannya tanpa menghilangkan kecantikan dan keanggunan kebaya tersebut,” kata Riny seusai pergelaran.

Ia menambahkan, rancangan kebaya songket Minang telah mendapat tawaran digelar di Amerika Serikat. ”Target saya, songket Minang akan saya buat seterkenal batik dan songket harus go international,” ujar Riny yang kelahiran Jakarta, 19 Januari 1971.

Menurut pemerhati songket, Lia, keindahan kebaya-kebaya pegantin Riny kali ini tampak menjadi sempurna dengan perpaduan songket Minang—yang memang memiliki ciri khas warna-warna berani dan selalu tampil eye catching.

”Dengan sedikit sentuhan, Riny menciptakan suatu kolaborasi cantik dan menarik bagi selembar songket Minang. Menjadi perpaduan yang sejiwa dengan kebaya-kebayanya. Apalagi kali ini Riny juga menggunakan songket Minang yang bahannya cukup ringan dan nyaman dikenakan untuk berbagai acara,” kata Lia yang juga manajer artis Marshanda.

Motif filosofis

Riny menjelaskan, songket Minang amat kaya dengan motif dan maknanya sangat filosofis.

”Misalnya, motif pucuak rabuang (pucuk rebung). Dalam filosofi Minang, ketek paguno gadang takapai. Artinya, sewaktu muda sudah berguna, pada masa tua menjadi lebih bermanfaat,” katanya.

Bambu pucuknya selalu merunduk ke bawah. Ini melambangkan kekuatan tanpa kesombongan, salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. (YURNALDI)

Sumber: Kompas, Senin, 21 Juni 2010

No comments: