-- Toni Lesmana
CIAMIS adalah salah satu kota kecil dengan potensi dan keunikan kesenian yang besar. Memiliki sebuah taman di tengah kota, yang terkenal dengan nama Taman Raflesia serta situs bekas kerajaan Galuh benama Astana Gede. Tentunya masih banyak lagi tempat lainnya. Namun, dua tempat tersebut paling menarik perhatian jika kita mau sedikit berbicara tentang kesenian di Ciamis.
Taman Raflesia
Taman di pusat Kota Ciamis ini terkenal dengan air mancurnya, delman dombanya, serta kegiatan kesenian yang diadakan setiap Ramadan, yaitu Riak Ramadan. Kegiatan kesenian yang memberikan ruang ekspresi bagi komunitas-komunitas kesenian di Ciamis, baik pelajar maupun umum, tradisi maupun masa kini. Kelompok-kelompok teater, komunitas sastra, musik, juga komunitas seni lainnya, saling bergantian beraksi di atas panggung yang disediakan panitia untuk menghibur warga Ciamis yang ngabuburit di taman.
Adalah Noer J.M., seniman teater, yang menjadi perintis lahirnya Riak Ramadan. Pada 1996, dengan dukungan beberapa rekannya di Teater Korsi, dia berjuang mewujudkan kegiatan kesenian yang bertujuan sebagai pentas amal di bulan Ramadan. Kala itu sangat sederhana sekali, barangkali ini terkait juga dengan pendanaan yang minim karena cuma hasil patungan serta beberapa donatur sesama seniman. Panggung hanyalah berupa beberapa level saja. Pengisi acara yang nyaris seadanya, pembacaan sajak, tari, serta pergelaran teater sekolah-sekolah. Waktu penyelenggaraan pun hanya tiga hari. Setiap selepas Ashar, acara dimulai dan berakhir menjelang azan Magrib berkumandang. Warga Ciamis yang ngabuburit ternyata sangat antusias terhadap tontonan yang hadir di hadapan mereka, sedangkan komunitas-komunitas kesenian, yang mayoritas pelajar, semakin bersemangat berkesenian.
Tahun-tahun selanjutnya, setiap Ramadan, taman Raflesia dimeriahkan oleh Riak Ramadan. Noer J.M. bersama rekan-rekannya dari Teater Korsi juga Keluarga Galuh Budaya membangun Riak Ramadan yang akhirnya menjadi kegiatan yang mampu bertahan terselenggara secara rutin tiap tahunnya. Seluruh elemen seni yang berkembang di Ciamis diberikan tempat untuk berekspresi.
Semenjak 1996 hingga 2009, Riak Ramadan terus bergerak serupa riak ombak di lautan.
Situs Astana Gede
Situs Astana Gede adalah sebuah hutan mungil yang terletak di Kawali, yang berisi peninggalan dari zaman Kerajaan Galuh. Prasasti juga batu-batu bersejarah, tempat penyimpanan abu yang gugur di Bubat. Tempat ini sangat erat kaitannya dengan Dyah Pitaloka maupun Wastu Kancana. Juga terdapat beberapa makam para leluhur.
Pada tahun 1998, di hutan mungil ini, yang pepohonannya masih sangat rapat dan dihuni ratusan kelelawar, penyair Godi Suwarna bersama beberapa seniman Ciamis menggagas acara kesenian yang dinamakan Nyiar Lumar. Acara kesenian yang diadakan di ruang terbuka ini, berupa perjalanan pada malam hari menuju Astana Gede, dan beragam kesenian digelar di dalam situs, semalam suntuk hingga fajar mengembang.
Nyiar Lumar, dalam bahasa Indonesia berarti "mencari jamur cahaya", pertama kali digelar atas kerja sama dengan teater Jagat SMAN Kawali, dengan semangat memanfaatkan apa yang ada, kegiatan ini sukses. Barangkali konsep awal dari acara ini adalah dari seniman untuk seniman. Salah satu keunikan Nyiar Lumar adalah konsep kembali ke awal. Kesenian dipergelarkan dengan pencahayaan seadanya, obor-obor, damar sewu, serta api unggun. Hutan mungil itu tiba-tiba saja digetarkan oleh komposisi tari, pembacaan puisi, rajah, kacapi suling, serta pergelaran teater.
Nyiar Lumar pertama kali diadakan pada 20 Mei 1998, dan ini bertepatan dengan lengsernya Soeharto, atau berakhirnya rezim Orde Baru. Catatan sejarah yang tak mungkin terlupakan.
Sejak itu, dua tahun sekali Nyiar Lumar secara rutin dilaksanakan di Situs Astana Gede. Sebagai kegiatan budaya yang serius dan diminati para seniman di Jawa Barat, juga pada akhirnya menjadi tontonan masyarakat sekitar. Nyiar Lumar tumbuh dengan pesat, seperti pohon yang terus rimbun. Setiap dua tahun sekali Nyiar lumar tetap diadakan semalam suntuk, tetapi materi acara yang digelar semakin berkembang, mulai dari kesenian-kesenian tradisi yang berada di sekitar Kawali dan Ciamis, hingga kesenian-kesenenian kontemporer yang datang dari Bandung.
Hutan mungil ini seperti mata air energi para seniman Ciamis untuk terus mengalir sebagai sungai-sungai kreatif dalam berkesenian.
Alternatif berkreasi
Tak adanya gedung kesenian di Ciamis, tak menjadikan para senimannya kehabisan energi. Justru malah memicu dan menumbuhkan kreativitas yang unik dan menarik.
Sudah empat belas tahun perjalanan Riak Ramadan serta dua belas tahun rentang waktu usia Nyiar Lumar, menunjukkan bahwa semangat berkesenian para seniman Ciamis terus tumbuh. Taman Raflesia dan Situs Astana Gede, ternyata dapat difungsikan sebagai tempat berkreasi, dan justru pada akhirnya menjadi kegiatan kesenian khas yang berbeda dengan kegiatan kesenian di daerah lainnya.
Kini, Riak Ramadan menjadi kegiatan kesenian yang menjadi kebanggaan bagi Kabupaten Ciamis, yang dalam penyelenggaraannya telah mampu menggandeng banyak sponsor, sedangkan Nyiar Lumar bahkan menjadi kegiatan kesenian yang diperhatikan di wilayah Jawa Barat, yang pendanaannya berhasil mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Ciamis maupun Provinsi Jawa Barat.
* Toni Lesmana, seniman, tinggal di Ciamis
Sumber: Khazanah, Pikiran Rakyat, Minggu, 27 Juni 2010
No comments:
Post a Comment