-- Anton M Moeliono
BELUM lama ini pembaca surat kabar dan majalah berkenalan dengan ungkapan whistle blower untuk menggambarkan, antara lain, peran Komisaris Jenderal Susno Duadji yang oleh media disebut membongkar ketidakberesan di dalam lembaga kepolisian. Oleh wartawan yang pernah mempelajari bahasa Inggris, whistle blower secara harfiah diterjemahkan dengan peniup peluit.
Jelaskah bagi kita maksud frasa itu? Apakah maknanya bertalian dengan bunyi peluit wasit dalam olahraga atau agen polisi di jalan, ataupun kepala stasiun kereta api? Di samping maknanya yang harfiah, masih ada maknanya yang tidak dapat dijabarkan dari arti leksikal unsur katanya masing-masing.
Setiap bahasa di dunia mempunyai satuan seperti itu. Namanya idiom yang bercorak idiomatik . Dalam bahasa Melayu-Indonesia ada sejumlah idiom dengan kata makan. Perhatikan deret berikut: makan asam garam ’sudah berpengalaman hidup’, makan bawang ’marah, jengkel, geram’, makan berulam ’sudah beristri’, makan emas ’menerima sogokan’, makan hati ’menderita sedih karena perbuatan orang lain’.
Idiom a whistle blower ialah ’a person who tells police, reporters, etc about something (such a scandal or a crime) that has been kept secret, and feels he has to do it' (Merriam-Webster, 2008). Tafsirannya ialah ’orang yang memberi tahu polisi, wartawan, dan lain-lain hal seperti skandal, kejahatan yang sampai saat itu dirahasiakan tetapi dirasakan wajib diumumkan’. Masalahnya sekarang bagaimana kita memadankan idiom itu. Makna intinya ialah orang yang menceritakan terjadinya skandal, pelanggaran, atau kejahatan agar diketahui oleh publik. Supaya mudah diterima, ungkapan padanan itu sebaiknya ringkas dan bernas. Karena itu, diusulkan ungkapan penyingkap aib yang menggambarkan pembukaan noda, cela, atau salah.
Idiom lain dalam ragam bahasa Inggris-Amerika ialah roadmap. Secara harfiah maknanya ’peta jalan bagi kendaraan bermotor’. Makna idiomatiknya ialah ’a detailed plan to guide progress toward a goal’ (Merriam-Webster, 2008). Tafsirannya, rencana terperinci yang mengarahkan gerak maju menuju sasaran atau matlamat, misalnya perdamaian. Dapat dicoba memasyarakatkan rencana sasaran atau rencana matlamat (menuju perdamaian).
Akhirnya masih ada road show 'a promotional presentation or meeting conducted in a series of locations’. Dengan menangkap makna intinya, kita dapat memperkenalkan promosi keliling kepada pencinta bahasa Indonesia
* Anton M Moeliono, Pereksa Bahasa, Guru Besar Emeritus Linguistik Universitas Indonesia
Sumber: Kompas, Jumat, 13 Agustus 2010
No comments:
Post a Comment