Jakarta, Kompas - Bloger tunanetra, Eko Ramaditya Adikara, mengakui bersalah karena telah membohongi publik atas klaim musik digital gubahannya. Padahal, musik digital untuk mengiringi games tersebut adalah hasil karya orang lain, yang hanya diubah judulnya saja oleh yang bersangkutan.
Pengakuan Eko Ramaditya Adikara, biasa disapa Rama, disampaikan langsung kepada harian Kompas, Kamis (19/8). Ia juga menyatakan meminta maaf kepada pembaca karena sudah berbohong atas pernyataannya yang tidak benar itu.
”Saya memohon ampun kepada Allah karena saya sudah berbohong. Saya meminta maaf kepada orangtua dan saudara karena telah mengecewakan mereka. Juga, saya meminta maaf kepada pembaca harian Kompas atas kebohongan saya itu,” kata Rama.
Harian Kompas pernah menurunkan kisah Rama dalam rubrik Sosok edisi 8 Juli 2008 dengan judul ”Rama, Kiprah Seorang ’Blogger’ Tunanetra”.
Berdasarkan pengakuannya, Kompas menulis bahwa selain bloger, ia juga menggubah musik digital untuk games. Tidak lama kemudian, Metro TV lewat acara Kick Andy menghadirkan Rama sebagai sosok inspiratif, disusul beberapa stasiun televisi lainnya. Ditanya pekerjaannya kini, Rama mengaku menjadi jurnalis untuk rubrik teknologi sebuah media online.
Sejak 2003
Rama mengungkapkan, kebohongannya itu telah ia lakukan sejak 2003, saat masih menjadi mahasiswa.
Ia mengklaim begitu saja musik digital untuk games Super Mario Galaxy, Xenogears, Seiken Densetsu, dan FF Orgins sebagai karyanya.
”Saya pikir apa yang saya lakukan tidak menjadi masalah, apalagi tidak ada yang menyatakan keberatan. Namun, lama-lama saya sadar, saya bersalah karena dalam wawancara dengan beberapa media saya selalu mengklaim musik digital untuk games tersebut adalah ciptaan saya,” katanya.
Kebohongan Rama terbongkar setelah ”karyanya” tersebut ditelusuri melalui forum diskusi online para gamer di sebuah situs games.
Seorang peserta diskusi yang sudah lama curiga atas karya jiplakan Rama kemudian memaparkan temuan mengejutkan, bahwa semua karya Rama adalah hasil jiplakan. Rama tidak bisa mengelak karena karya-karya yang diklaimnya tersebut sudah lama beredar.
Seorang bloger, Syaifuddin Sayuti, kemudian menulis pengakuan Rama tersebut di social blog Kompasiana. Atas pengakuannya tersebut, buku hasil karyanya pun, Blind Power, ditarik dari pasaran oleh penerbitnya.
Ditanya apakah ia menyesali perbuatannya dan berpikir kariernya akan hancur, Rama mengaku hal tersebut sudah menjadi risikonya.
”Saya menyesal, tetapi ini bukan berarti akhir dari segalanya. Saya masih menyiapkan beberapa buku untuk diterbitkan. Saya persilakan siapa pun meneliti keaslian buku saya kelak,” katanya. (PEP)
Sumber: Kompas, Jumat, 20 Agustus 2010
No comments:
Post a Comment