Sunday, August 29, 2010

[Buku] ‘Quo Vadis’ Indonesia?

Judul Buku: Indonesia Satu, Indonesia Beda, Indonesia Bisa

Penulis : Jimmy B. Oentoro

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan : Pertama, Juli 2010

Tebal : 413 halaman

SIAPA pun tidak dapat membantah, bahwa Republik Indonesia merupakan negeri yang sangat kaya. Bukan hanya kaya secara materi berupa sumber daya alamnya yang melimpah ruah, melainkan juga kekayaan imateri dengan keragaman budaya dan watak toleransinya yang tinggi.

Usia kemerdekaan yang ke-65 tahun ini, seharusnya bangsa Indonesia tinggal memanen hasil. Sayangnya, fakta berkata lain, sumber daya alam yang melimpah dikeruk terus-menerus pihak asing dan hanya dinikmati segelintir pribumi, sedangkan wataknya yang toleran ternoda oleh aksi-aksi anarkistis dengan aneka aksesori, seperti agama, etnik, dan lain-lain.

Buku berjudul lengkap Indonesia Satu, Indonesia Beda, Indonesia Bisa: Membangun Bhineka Tunggal Ika di Bumi Nusantara ini merupakan kumpulan tulisan orang-orang yang concern dengan dinamika yang berkembang di Indonesia dewasa ini.

Terdapat dua puluh delapan cendekiawan dengan beragam disiplin keilmuan memberikan sumbangsih mereka berupa pemikiran-pemikiran segar nan menggoda. Para penulisnya mayoritas sosok dikenal publik yang sudah malang melintang di jagad pemikiran maupun kebudayan Indonesia.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai ras, suku bangsa, agama, kerajaan, dan kebudayaan yang berbeda-beda, di mana Pancasila sebagai pengikatnya sehingga menjadi identitas suatu bangsa. Negara ini jelas dibangun bukan berdasarkan persamaan-persamaan, sebaliknya justru atas kesadaran ke Bhineka-an para pemimpinnya.

Akar nasionalisme Indonesia sejak awal dibangun didasarkan pada tekad yang menekankan cita-cita bersama di samping pengakuan sekaligus penghargaan pada perbedaan sebagai pembungkus kebangsaan.

Berdirinya Republik Indonesia berdasar cita-cita Presiden pertama Soekarno, adalah negara yang didukung seluruh rakyat yang memiliki pengalaman kolektif sejarah yang sama dan yang berada dalam satuan gugusan wilayah yang secara geopolitik sangat strategis akan berdampak pada terancamnya integrasi nasional.

Maka keberadaan Pancasila memilki arti sangat penting bagi bangsa ini, ia buka hanya menjadi alat pemersatu bangsa guna menghadapi badai disintegrasi, tapi juga menjadi termin ke mana seharusnya bangsa ini mengayuhkan sauhnya untuk berlayar dalam gelombang bahtera. Inilah Indonesia Satu sekaligus Indonesia Beda.

Sedangkan Indonesia Bisa merupakan proyeksi keinginan dan harapan yang ingin dicapai para penulis antologi ini mengenai Indonesia masa depan. Dengan memaparkan segala potensi yang dimilikinya, idealnya Indonesia mampu menjadi jauh lebih baik dibanding yang terjadi saat ini. Baik dilihat dari sisi hostorisnya yang ternyata membentang panjang, maupun letak geografisnya yang sedari dulu dikenal sangat strategis.

Memang jika dilihat dari segi geografis dan demografis, Indonesia tampak seperti perahu besar yang penumpangnya amat padat dan beragam. Sayang, perahu besar tersebut kini jalannya limbung, bocor di sana-sini, dan tidak jelas ke mana arahnya.

Pemicunya adalah ketiadaan karakter pemimpin pada diri sang nakhoda, yang seharusnya mengutamakan kesejahteraan penumpang perahu tapi lebih mengutamakan ambisi pribadi dan kepentingan kelompoknya. Ditambah dengan munculnya beberapa penumpang yang mengkhianati ikrar perbedaan yang menjadi bagian inhern dalam komunitas perahu besar bernama Republik Indonesia tersebut.

Di dalam buku yang didedikasikan sebagai bunga rampai lima puluh tahun Jimmy B. Oentoro ini, dipentaskan ihwal Indonesia dengan segala problematikanya lengkap dengan solusi yang ditawarkan. Kegundahan atas realitas Indonesia kini sekaligus kebanggaan dan harapan pada masa depan yang masih terhampar, terpapar secara jelas dari para penulisnya.

Sajian di dalamnya merupakan tangisan dari para pemimpin dan sekaligus isi “hati” Allah yang rindu untuk melihat rasialisme, perpecahan etnis, suku, dan agama dilenyapkan dari bumi Nusantara.

Sehingga akan kita temukan sebagai sarana untuk mawas diri, introspeksi, dan meyakinkan kebanggaan kita atas bangsa ini. Bunga rampai ini juga merupakan refleksi panjang yang diyakini seorang Jimmy Oentoro akan mampu membawa Indonesia menjadi negara berwibawa di pentas dunia, tidak sekadar menjadi mainan negeri tetangga.

Sebuah impian yang bukannya tidak mungkin menjadi kenyataan bila mencercap buku ini, yang menjadi persoalan hanyalah mau dibawa ke mana arah bangsa ini oleh para pengambil kebijakannya.

Hilyatul Auliya
, Mahasiswa Magister Politik Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, dan penggiat Institute for Education Development, Social, Religious and Cultural Studies (Infest) Yogyakarta.


Sumber: Lampung Post, Minggu, 29 Agustus 2010

No comments: