Friday, August 13, 2010

87 Koleksi Belum Terlacak

Yogyakarta, Kompas - Sebanyak 87 koleksi Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, yang hilang dicuri Rabu (11/8) dini hari lalu, hingga sekarang belum terlacak. Kepolisian sudah membentuk tim khusus dan hilangnya barang-barang peninggalan abad ke-8 hingga abad ke-10 ini dalam prioritas penanganan.

Anggota tim Laboratorium Forensik Polda DI Yogyakarta, Kamis (12/8), memasuki pintu menuju ruang pamer 87 koleksi yang dicuri di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta. Hilang pula dalam pencurian tersebut topeng emas persembahan Raja Majapahit Hayam Wuruk untuk neneknya, Ratu Gayatri. (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)


Gambar barang-barang yang hilang itu sudah masuk dalam daftar pencarian barang polisi dan akan segera disebar. ”Langkah ini untuk mempersempit ruang gerak barang-barang itu serta mencegah barang-barang itu dibawa ke luar negeri,” kata Kepala Kepolisian Kota Besar Yogyakarta Komisaris Besar Atang Heradi, Kamis (12/8).

Seperti diberitakan sebelumnya, Museum Sonobudoyo dibobol maling yang menguras 17 jenis koleksi perhiasan dan benda bersejarah seperti patung emas, topeng emas, liontin, kalung, dan berbagi jenis perhiasan. Jumlah koleksi yang hilang 87 buah.

Turut hilang dalam pencurian itu topeng emas yang merupakan hadiah upacara persembahan Raja Majapahit Hayam Wuruk kepada neneknya, Ratu Gayatri.

Tanpa kaset perekam

Berdasarkan penyelidikan sementara, kamera CCTV (closed circuit television) yang terpasang di museum tidak dilengkapi dengan kaset perekam. CCTV tersebut hanya dihidupkan saat banyak pengunjung.

Selain itu, kabel alarm ditemukan dipotong dan terali dijebol. ”Setelah alarm tak berfungsi, pencuri leluasa masuk museum,” kata Kepala Museum Sonobudoyo Martono.

Saat pencurian terjadi, hanya dua petugas yang menjaga museum seluas 7.867 meter persegi itu. ”Penjagaan dilakukan karyawan. Karena anggaran terbatas, kami tak sanggup membayar petugas satpam,” kata Martono.

Kehilangan besar

Guru Besar Arkeologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Timbul Haryono, menyatakan, hilangnya koleksi Museum Sonobudoyo merupakan kehilangan besar bagi dunia arkeologi dan sejarah Indonesia.

”Benda-benda emas Mataram Kuno tergolong langka dan jarang ditemukan dalam keadaan utuh,” kata Timbul.

Keberadaannya juga penting sebagai referensi untuk menerangkan penemuan-penemuan pada masa datang. ”Nilai yang terkandung dalam benda-benda purbakala berbahan emas itu tak terhingga dari sisi arkeologi dan sejarah,” katanya.

Benda-benda tersebut akan sangat tinggi nilainya di kalangan kolektor, baik dalam maupun luar negeri. Tidak menutup kemungkinan benda-benda curian akan dijual ke luar negeri sehingga dikhawatirkan sulit kembali lagi ke Indonesia. Timbul mendesak evaluasi pengamanan seluruh museum di Indonesia.

Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X menampik tudingan pencurian itu akibat minimnya anggaran untuk museum dari APBD DI Yogyakarta. Menurutnya, biarpun anggaran diberi berlebih, bila ada yang berniat mencuri, pencurian tak bisa dihindari.

Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Djoko Dwiyanto mengakui, pengelola museum kurang waspada dan terlena kondisi Yogyakarta yang aman sebab selama ini belum pernah ada pencurian di museum di DIY.

Menurutnya, pengamanan museum sudah ketat. Tidak semua pengunjung dapat masuk ruangan emas. Pelaku adalah orang yang tahu persis kondisi Museum Sonobudoyo.

Komisaris Besar Atang Heradi mengatakan, pihaknya masih menyelidiki apakah pelakunya tunggal atau lebih dari satu orang. Selain itu, masih diselidiki pula apakah pencurian tersebut melibatkan orang dalam museum atau tidak.

(WKM/IRE/RWN/ENG/NAL)

Sumber: Kompas, Jumat, 13 Agustus 2010

No comments: