Sunday, August 08, 2010

Happy Menulis di Kamar Tidur

-- Dahono Fitrianto

DARI seluruh bagian rumahnya, Happy Salma paling menyukai kamar tidur. Di ranjang berseprai putih, Happy menuliskan novelnya.

Happy Salma di kamar tidurnya tempat di mana dia menulis novel. (KOMPAS/PRIYOMBODO)

Meski hampir seluruh rumah dirancang senyaman mungkin, sudut favorit bagi Happy tetap saja kamar tidurnya. Di kamar yang dilengkapi ranjang kayu antik berkelambu itulah Happy paling senang menghabiskan waktu.

”Saya menulis buku pun di sini,” ujar perempuian lajang berusia 30 tahun itu sambil menepuk-nepuk ranjang berseprai putih yang kelihatannya empuk dan nyaman itu.

Buku terbarunya yang ditulis bersama Pidi Baiq, Hanya Salju dan Pisau Batu, adalah buku pertama yang ia tulis di kamar yang teduh itu. ”Saat menulis buku itu, saya lagi sangat emosional setelah ayah meninggal tahun lalu. Jadi, buku itu sangat personal,” tutur Happy di rumahnya di kawasan Puri Mutiara, Cipete, Jakarta Selatan, Kamis (29/7).

Saat bosan di kamar, Happy pindah ke sofa empuk di depan kamar yang merupakan ruang nonton televisi. Dia biasa nonton di situ sambil memangku Puka, anjing imut hiperaktif milik adiknya. Di atas layar televisi LCD itu tampak tergantung lukisan karya Tommy F Awuy.

”Saya dikasih mas Tommy Awuy lukisan ini. Katanya biar cepet dapat jodoh!” kata Happy.

Di samping menekuni dunia akting di film layar lebar ataupun sinetron, Happy sudah sejak beberapa tahun belakangan rajin menulis dan berteater.

”Saya merasa beruntung bisa masuk ke sastra dan teater sehingga tidak terpaku pada dunia sinetron yang penuh ketidakpastian,” ujar Happy, yang telah menerbitkan dua buku antologi cerpen, yakni Pulang (2006) dan Telaga Fatamorgana (2008).

Rumah Happy memiliki dua lantai, dengan dua kamar tidur di lantai atas, dan satu kamar tidur di lantai bawah. Happy memilih kamar di lantai bawah, yang dilengkapi dengan bak mandi rendam antik dari keramik berwarna putih. Happy suka berendam di bak itu.

Interior rumah Happy dihiasi dengan berbagai macam barang antik, mulai dari set meja kursi tamu sampai lemari-lemari tua, lampu, dan piring-piring antik yang ditempel di dinding. Sekilas terlihat kontras dengan bentuk rumah yang bergaya minimalis. Di teras kecil di tepi ruang terbuka, ia menata set meja makan tua. ”Rencananya mau beli jendela antik, mau saya tempelkan di tembok itu, biar tidak terlalu polos.”

Happy tidak kesulitan mencari barang-barang antik, lha wong ibunya pedagang barang antik.

Mati gaya

Kamar tidur Happy menjadi ruang kreatif dan tempat jeda dari hari-hari seorang yang sibuk oleh berbagai aktivitas, seperti film, sinetron, teater, dan iklan. Dulu, sebelum mempunyai rumah di Jakarta, Happy tinggal di perumahan Pesona Khayangan di Kota Depok, Jawa Barat. Namun, karena aktivitasnya lebih banyak di Jakarta, ia mulai berpikir untuk mencari rumah yang lebih dekat dengan Jakarta.

Dulu, ia suka mati gaya saat ada jeda shooting. Pulang ke rumah di Depok jelas kejauhan. Makan waktu, uang, dan tenaga percuma. ”Akhirnya saya suka nongkrong enggak jelas di mal,” kata dia.

”Setelah dihitung-hitung, ongkos perjalanan, mulai dari bensin, parkir, segala macam buat bolak-balik Depok-Jakarta itu kalau dikumpulkan setahun jadinya besar juga. Kayaknya bisa buat uang muka beli rumah di Jakarta,” papar dia.

Dari informasi sopir pribadinya, Happy tiga tahun lalu mendapatkan lokasi rumah di kawasan Kemang. Tanah seluas 200 meter persegi itu hanya berjarak beberapa meter dengan Jalan Puri Mutiara Raya itu. Tanah di daerah tersebut jelas tidak murah harganya. Happy harus menjual dulu rumahnya di Depok. Namun, dasarnya sudah berjodoh, rumahnya di Pesona Khayangan laku dalam waktu cepat.

”Gambar desainnya yang mengerjakan teman saya, tetapi semua berasal dari ide saya sendiri,” tutur Happy, yang selama proses pembangunan mengontrak rumah.

Kini, waktu-waktu jeda itu bisa dihabiskan dengan pulang ke rumah, istirahat sejenak. ”Saya sebenarnya pengen lebih banyak punya waktu di rumah. Ngurus tanaman atau ngecat tembok belakang itu, biar enggak kayak tembok penjara he-he,” tutur Happy sambil menunjuk tembok tinggi rumah sebelah yang membatasi taman terbuka kecil di bagian belakang.

”Rencananya mau saya lukis tembok itu,” katanya.

Sumber: Kompas, Minggu, 8 Agustus 2010

No comments: