SEJARAWAN Asvi Warman Adam memberi judul bukunya cukup provokatif: Bung Karno Dibunuh Tiga Kali?, Tragedi Bapak Bangsa Tragedi Indonesia.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Puncak dari tragedi itu, menurut Asvi, adalah tidak dirawatnya Soekarno secara wajar sebagai seorang mantan presiden. Soekarno dibiarkan mati perlahan-lahan. ”Resep yang dibuat dokter disimpan di dalam laci. Ketika itu, tidak pernah diupayakan untuk mendatangkan peralatan cuci darah, misalnya, dari luar negeri,” tutur Asvi dalam buku yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas 2010.
Seperti diketahui, proklamator tersebut, setelah dijatuhkan dari kekuasaan pada 1968, diisolasi (kemudian) menderita gagal ginjal hingga menemui ajal. ”Itulah tragedi seorang Soekarno yang sebetulnya juga tragedi bangsa Indonesia,” tulis Asvi.
Meski sudah wafat 40 tahun silam, Soekarno masih saja meninggalkan berbagai cerita dan pertanyaan yang menarik untuk ditelisik, paling tidak oleh Asvi, sehingga dalam waktu hampir bersamaan selain buku dengan judul di atas, juga diterbitkan buku dengan judul lain, yakni Kisah Istimewa Bung Karno dan Menguak Misteri Sejarah.
Khusus yang terakhir, dikuak pula tokoh seperti Kapolri Hugeng, Jenderal Sudirman, Pramoedya Ananta Toer, dan lain-lain, termasuk Soeharto dan Omar Dani. Terbaru, dikisahkan tentang Susno Duadji dan Centurygate.
Adapun buku Kisah Istimewa Bung Karno menyajikan kisah-kisah Bung Karno lain daripada yang lain, yang belum banyak diketahui orang sekaligus menggugah hati. Seperti halnya Arip, seorang sopir pertama Bung Karno yang dipanggilnya sahabat Riwu Ga, yang mempertaruhkan nyawa ditembak Kempetai saat berteriak-teriak sepanjang jalan memakai megafon untuk memberitahukan Indonesia telah merdeka!
Kemudian diplomat Polandia, Andrzej Wawrzyniak, satu-satunya diplomat asing yang boleh berkomunikasi dengan Bung Karno saat di tahanan rumah dan sakit-sakitan sampai wafatnya, Juni 1970.
Tentu saja masih ada kisah-kisah menarik lain, misalnya, tempat-tempat pengasingan Bung Karno serta film dokumenter dan video rekaman Bung Karno yang terancam punah.
Asvi Warman Adam, kelahiran Bukittinggi tahun 1954, termasuk salah satu penulis produktif. Ia sekarang bekerja di LIPI. Lulus sebagai sarjana muda sastra Perancis UGM tahun 1977 dan sarjana sastra Perancis UI tahun 1980. Juga pernah jadi wartawan majalah Sportif sebelum berdinas di LIPI 1983. Gelar doktor diperoleh dari Perancis tahun 1990. (*)
Sumber: Kompas, Jumat, 6 Agustus 2010
No comments:
Post a Comment