PALEMBANG, KOMPAS - Kurikulum pelajaran Bahasa Indonesia perlu ditinjau ulang menyusul banyaknya siswa gagal pada ujian nasional mata uji Bahasa Indonesia. Kurikulum Bahasa Indonesia selama ini dinilai memberatkan siswa.
”Kurikulum saat ini seolah- olah bertujuan membuat siswa menguasai semua mata pelajaran di sekolah,” kata Kepala Bidang Pengembangan Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional Sugiyono di sela Seminar Internasional Bahasa, Sastra, Budaya, dan Pengajaran Bahasa dan Sastra yang diadakan Balai Bahasa Provinsi Sumsel di Palembang, Selasa (1/6).
Menurut dia, perubahan kurikulum seharusnya sudah dilakukan sejak lama karena kasus siswa yang gagal di mata pelajaran Bahasa Indonesia bukan kali ini saja. Ke depan, siswa jangan lagi dituntut mencapai hasil maksimal.
Penyebab banyaknya kegagalan tersebut, lanjutnya, karena pola pikir siswa yang menganggap Bahasa Indonesia sulit. Padahal, Bahasa Inggris sama sulitnya, atau sama mudahnya.
”Ketika Bahasa Indonesia dijadikan standar kelulusan, siswa panik karena dalam benaknya ada pola pikir itu,” ujarnya.
Mestinya, siswa tak perlu memiliki pola pikir, Bahasa Indonesia itu sulit. Dengan begitu, siswa lebih santai, sama seperti saat menghadapi ujian mata pelajaran lain.
Sugiyono menuturkan, cara belajarnya pun perlu diubah. Cara belajar agar lulus UN berbeda dengan cara belajar agar siswa benar-benar memahami materi. Untuk lulus UN, siswa hanya diajari bagaimana menemukan jawaban yang benar.
Kepala Dinas Pendidikan Sumsel Ade Karyana mengungkapkan, banyaknya siswa yang gagal di mata uji Bahasa Indonesia karena siswa tak menguasai sastra. ”Siswa seharusnya menguasai Bahasa Indonesia karena bahasa sehari-hari. Bahasa bukan hanya berbicara karena juga ada tulisan,” katanya. (WAD)
Sumber: Kompas, Rabu, 2 Juni 2010
No comments:
Post a Comment