[STOCKHOLM] Sastrawan Prancis Jean Marie Gustave Le Clezio akhirnya dinyatakan sebagai pemenang Nobel Sastra 2008, pada Kamis (9/10). Karya Le Clezio berciri petualangan puitis dan kesenangan sensual. Penulis berusia 68 tahun itu cenderung mengangkat soal lingkungan, khususnya gurun.
Jean Marie Gustave Le Clezio (ap)
Le Clezio berhak menerima cek senilai US$ 1,4 juta atau Rp 14 miliar. Dia juga menerima medali emas dari Akademi Swedia. Le Clezio juga diundang untuk memberi kuliah sastra di Stockholm. Dalam suatu wawancara, Le Clezio merespons positif penghargaan Nobel Sastra.
"Tentu saja, mengapa tidak? Ketika Anda seorang penulis, Anda selalu percaya penghargaan sastra," tuturnya.
Seperti dilaporkan AP, Le Clezio adalah sastrawan Prancis pertama yang memenangi Nobel sejak Gao Xingjian, sastrawan keturunan Tionghoa, kelahiran Prancis mendapatkan Nobel serupa pada tahun 2000. Keputusan dewan Akademi Swedia belakangan ini, agaknya cenderung pada penulis Eropa. Tahun lalu, Nobel Sastra jatuh kepada Doris Lessing, sastrawan Inggris.
Sejak sastrawan Jepang Kenzaburo Oe memenangi Nobel Sastra pada tahun 1994, seleksi pemenang selalu "bercita rasa" Eropa. Paling tidak, saat ini, tercatat ada 12 sastrawan Eropa, termasuk Le Clezio yang memenangi Nobel Sastra. Sebelumnya, ada juga sastrawan Amerika Toni Morrison yang pernah meraih Nobel tahun 1993.
Akademi Swedia menyebut Le Clezio sebagai penulis dengan era baru, petualangan puitis dan kesenangan sensual. Sastrawan Prancis itu banyak mengeksplorasi sisi kemanusiaan. Dia juga membuat terobosan sebagai novelis lewat Desert (1980). Novel itu dinilai Akademi Swedia mengandung gambaran penting dari kebudayaan di gurun Afrika Selatan. Penggambaran Le Clezio kontras dengan anggapan orang-orang Eropa yang melihatnya sebagai imigran yang tak diharapkan.
"Dia (Le Clezio, Red) telah melewati banyak fase pengembangan berbeda sebagai penulis dan dia telah datang ke banyak peradaban, dibanding hanya Dunia Barat dalam tulisannya," puji Sekretaris Akademi Swedia Horace Engdahl.
Le Clezio dilahirkan di Nice pada tahun 1940. Pada tahun 80-an, dia pindah ke Nigeria. Lalu tahun 1950, dia bersama ayahnya kembali ke Prancis. Baru-baru ini, Le Clezio menerbitkan novel berjudul Ballaciner (2007) yang disebut Akademi Swedia sebagai esai personal yang dalam tentang sejarah seni film dan pentingnya film. Sastrawan ini juga menghasilkan beberapa cerita anak antara lain : Lullaby (1980) dan Balaabilou (1985).
Desert yang telah membawa kemenangan bagi Le Clezio disebut-sebut sebagai karya terbaiknya. Novel itu menggambarkan pula Lalla, seorang wanita dari suku nomaden, Tuareg di Gurun Sahara. Le Clezio menampilkan upaya Lalla beradaptasi dengan kependudukan modern masa penjajahan Prancis pada awal abad 20.
"Sastra berarti mengingatkan orang pada tragedi dan membawanya kembali ke tengah panggung. Ketika saya menulis, saya mengutamakan untuk menerjemahkan hubungan keseharian menjadi peristiwa," kata Le Clezio.
Akademi Swedia menyebut fase awal Le Clezio sebagai penulis yang terpikat ekologi. Orientasi tersebut tampak pada novelnya Terra Amanta, The Book of Flights, War, dan The Giants. Le Clezio banyak menghabiskan waktunya di Meksiko belakangan ini. Dia menjauhi kehidupan yang ramai dan mengisi waktu dengan perjalanan ke banyak tempat, umumnya berbagai gurun. [U-5]
Sumber: Suara Pembaruan, Jumat, 10 Oktober 2008
No comments:
Post a Comment