* Kongres IX Bahasa Indonesia Bahas 105 Makalah
JAKARTA, KOMPAS - Perilaku berbahasa masyarakat selama ini kurang menempatkan bahasa nasional sebagai tuan rumah di negeri sendiri. Rasa bangga terhadap bahasa Indonesia yang telah menempatkan bahasa itu sebagai lambang jati diri bangsa Indonesia telah menurun.
Duta bahasa Indonesia dari berbagai provinsi di Indonesia berkumpul pada pembukaan Kongres IX Bahasa Indonesia di Hotel Bumi Karsa, Kompleks Bidakara, Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (28/10). Kongres IX, yang berlangsung hingga 1 November 2008 itu, akan mengulas berbagai hal yang menyangkut masalah kebahasaan dan kesastraan tingkat nasional dan internasional. (KOMPAS/LASTI KURNIA / Kompas Images)
”Masyarakat memilih penggunaan bahasa asing atau bahasa daerah yang tidak pada tempatnya,” kata Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo di hadapan sekitar 1.100 peserta Kongres IX Bahasa Indonesia, Selasa (28/10) di Jakarta.
”Negara-negara maju, seperti Jerman dan Jepang, membangun bangsanya melalui politik identitas walau negaranya hancur lebur akibat perang. Jepang membangun jati dirinya melalui pengutamaan penggunaan bahasa Jepang, seperti penerjemahan semua literatur asing dalam bahasa Jepang. Semangat dan sikap nasionalisme Jerman ditunjukkan dengan kecintaan pada bahasanya,” kata Mendiknas.
Kongres IX Bahasa Indonesia merupakan forum pertemuan pakar bahasa dan sastra, budayawan, tokoh, pejabat negara, guru dan dosen, mahasiswa, serta pencinta bahasa Indonesia.
Libatkan para pakar
Kongres yang akan menampilkan 105 makalah hingga 31 Oktober 2008 ini juga melibatkan pakar berbagai bidang ilmu dan para penyelenggara pengajaran bahasa Indonesia untuk orang asing dari seluruh dunia. Forum ini mengangkat persoalan peran bahasa dan sastra dalam membangun insan Indonesia yang cerdas, bermutu, dan berdaya saing, baik lokal, nasional, maupun global.
Dalam acara pembukaan kongres, sastrawan Rendra membacakan puisi Kesaksian Akhir Abad. Pada upacara pembukaan juga diberikan penghargaan kepada sejumlah tokoh masyarakat, media, birokrat, dan sastrawan yang mengembangkan atau menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.
Kongres Bahasa Indonesia diharapkan Mendiknas dapat membahas berbagai masalah kebahasaan dan kesastraan terkait dengan berbagai perubahan yang terjadi. Kongres juga diharapkan dapat merumuskan berbagai langkah untuk mengembangkan bahasa Indonesia, termasuk melahirkan padanan kata untuk istilah ilmu pengetahuan dan teknologi. (NAL/THY)
Sumber: Kompas, Rabu, 29 Oktober 2008
No comments:
Post a Comment