MEDAN (Ant/Lampost): Minat mahasiswa untuk mempelajari sastra baik dalam bentuk puisi, prosa, maupun drama secara lebih mendalam semakin hari semakin menurun.
Tidak heran jika karya-karya sastra yang dihasilkan mahasiswa dalam beberapa tahun belakangan ini boleh dikatakan hampir tidak ada," kata pengamat seni Universitas Sumatera Utara (USU), Sabriandi, di Medan, Rabu (15-10).
Padahal, dengan memperdalam sastra, daya kreatif dan daya nalar mahasiswa akan semakin terpacu, yang juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Yang utama adalah dengan sastra, minat membaca, dan menulis mahasiswa akan lebih terpacu. Juga dapat dijadikan sebagai alat penghasilan tambahan dengan mengirimkan hasil karya-karya mereka ke media cetak," kata dia.
Ia mengatakan pada era tahun 80-an dan awal 90-an, masih banyak mahasiswa yang menghasilkan karya sastra baik berupa puisi maupun cerpen. Bahkan ada yang sudah menghasilkan karya dalam bentuk antologi puisi seperti yang pernah dibuat kelompok teater USU.
Namun, dalam beberapa tahun belakangan ini, hal itu tidak terlihat lagi. Sastra hanya dijadikan sebatas mata kuliah. Menurut dia, Indonesia dapat mencontoh China yang mewajibkan masyarakatnya untuk menguasai sastra yang juga diujikan dalam ujian negara seperti seleksi penerimaan pegawai.
Menurut dia, untuk kembali meningkatkan minat kalangan muda pada sastra, harus ditanamkan sejak dini atau sejak mereka mulai mengenyam pendidikan di sekolah dasar maupun taman kanak-kanak.
Pada tingkat dasar, pengenalan sastra dapat dilakukan dalam bentuk cerita dongeng dan hikayat dan ini pada dasarnya sangat menyenangkan dan mudah dipahami siswa.
Mengenalkan sastra dalam pendidikan bukan untuk menjadikan mereka sastrawan, melainkan agar siswa menjadi anak yang gemar membaca dan mampu menulis," kata dia. n S-1
Sumber: Lampung Post, Kamis, 16 Oktober 2008
No comments:
Post a Comment