DEPOK, KOMPAS - Indonesia selain memiliki kekayaan budaya juga memiliki kearifan lokal untuk menyelamatkan warisan budaya, seperti manuskrip. Namun, tidak banyak orang yang menyimpan manuskrip peduli dengan upaya pelestarian sehingga di banyak daerah, banyak manuskrip yang rusak dan terancam rusak.
Demikian benang merah seminar ilmu sosial-humaniora bertajuk Konservasi dan Pemanfaatan Kekayaan Tradisional Indonesia, memperingati 80 Tahun Sumpah Pemuda, dalam rangkaian kegiatan ”Reborn Indonesiaku”, di kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Kamis (23/10).
Tamara A Susetyo-Salim, pengajar Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, mengatakan, manuskrip sebagai sebuah artefak budaya, yaitu hasil karya budaya manusia, merupakan sumber informasi yang penting, baik di perpustakaan, kearsipan, museum, serta pusat-pusat dokumentasi dan informasi lainnya.
Kertas daluang
Peneliti Mufid Susuri yang mempresentasikan tentang Sejarah dan Penyelamatan Kertas Daluang mengatakan, sebagai kekayaan budaya bangsa, upaya penyelamatan kertas daluang perlu disegerakan.
”Sudah terbukti bahwa daluang dapat bertahan hingga mencapai usia ratusan tahun. Tradisi pembuatan kertas ini hanya dapat dijumpai di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat,” katanya.
Saat ini, keberadaan daluang di Kabupaten Garut itu masih dilanjutkan oleh generasi ketiga keluarga pewaris. Meski demikian, keluarga tersebut hanya membuat kertas daluang jika ada pesanan. (NAL)
Sumber: Kompas, Jumat, 24 Oktober 2008
No comments:
Post a Comment