Jakarta, Kompas - Kepala Arsip Nasional RI Djoko Utomo mengatakan, Arsip Nasional menyimpan banyak bukti otentik tentang peran pemuda dalam sejarah perjuangan bangsa. Sayangnya, banyak pemuda atau masyarakat umum yang tidak mengetahui dan menjadikannya sebagai sumber rujukan atau penambahan pengetahuan.
Djoko Utomo mengatakan hal itu dalam seminar tentang Peranan Pemuda dalam Sejarah, yang digelar Arsip Nasional RI, Senin (20/10) di Jakarta.
Anhar Gonggong, sejarawan, pada kesempatan itu mengatakan, Republik Indonesia akan terpuruk jika sistem politik dibangun seperti sekarang. Misalnya, rakyat diwakili oleh orang- orang yang tidak paham sejarah bangsa serta visi dan misi perjuangan bangsa. Mereka dicalonkan menjadi anggota legislatif hanya karena kedekatan dengan pemimpin partai atau memiliki modal materi.
”Ini gejala keterpurukan republik ini jika partai-partai tidak memiliki pola perekrutan dan standar kualitas anggota legislatif,” ujarnya.
Anhar juga menegaskan bahwa kemiskinan di banyak daerah, kesehatan masyarakat yang menyedihkan, anak-anak yang alami gizi buruk dan kurang gizi di sejumlah daerah, bahkan ada warga yang kelaparan karena tidak makan, merupakan cacat kemerdekaan.
”Selama kemiskinan itu belum teratasi, kesehatan masyarakat belum lebih baik, dan selama anak-anak generasi masa depan belum terperhatikan gizinya, maka di sana ada cacat kemerdekaan,” ujarnya.
Menurut Anhar, pemuda harus mengambil langkah-langkah untuk mengatasi dan mengantisipasi cacat kemerdekaan itu. Kemerdekaan Indonesia adalah sesuatu yang harus dikembangkan secara terus-menerus.
Sementara itu, Cosmas Batubara, salah seorang pelaku sejarah Angkatan 66, mengatakan, peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru yang membawa tiga tuntutan atau Tritura, murni dirumuskan para pemuda. Tuntutan itu tanpa muatan politik dari partai politik, tetapi sungguh-sungguh bentuk keprihatinan mahasiswa atas keterpurukan kondisi bangsa saat itu. (NAL)
Sumber: Kompas, Selasa, 21 Oktober 2008
No comments:
Post a Comment