-- Ahmadun Yosi Herfanda
RANGKAIAN acara Bulan Bahasa dan Sastra 2008 terasa berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena dipuncaki dengan Kongres IX Bahasa Indonesia, yang sekaligus menjadi puncak Tahun Bahasa. Bulan bahasa dan sastra digelar tiap tahun, sedangkan kongres bahasa Indonesia diadakan lima tahun sekali, oleh Pusat Bahasa Depdiknas.
Bulan bahasa tahun ini juga lebih kental nuansa nasionalisme -- nasionalisme bahasa -- karena bertepatan dengan momentum seabad Kebangkitan Nasional dan 80 tahun Sumpah Pemuda. Pada 28 Oktober 1928 para tokoh pemuda kita bersumpah untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai (satu-satunya) bahasa kebangsaan Indonesia.
Sumpah Pemuda, yang dibacakan dalam Kongres Pemuda II, itu merupakan salah satu tonggak sejarah yang sangat penting dalam menyatukan berbagai etnis yang menyebar di ribuan pulau di Nusantara dengan kultur dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu tumpah darah (tanah air), satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia.
Iven bulan bahasa dan kongres bahasa tersebut juga makin terasa penting, karena tahun 2008 telah dicanangkan sebagai Tahun Bahasa. Dalam beberapa tahun terakhir ini Pusat Bahasa Depdiknas juga sedang giat menyosialisasikan Rancangan Undang-undang (RUU) Kebahasaan, suatu perangkat hukum yang diproyeksikan untuk melindungi bahasa Indonesia dari penetrasi bahasa asing.
Semangat RUU tersebut sangat nasionalistik, yakni mencintai, melestarikan, dan memberdayakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kebangsaan, bahasa kenegaraan, bahasa persatuan, sekaligus bahasa komunikasi utama antar-warga negara serta sekaligus untuk mengukuhkan jati diri bangsa.
Bulan bahasa
Bulan bahasa dan sastra juga diselenggarakan dengan semangat nasionalisme yang tinggi. Melalui kegiatan tersebut diharapkan masyarakat dan bangsa Indonesia kembali teringat pada komitmen untuk menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Diresmikan pada 24 September 2008 di auditorium Pusat Bahasa oleh Dr Sugiyono -- mewakili Kepala Pusat Bahasa Dr H Dendy Sugono -- berbagai kegiatan dalam rangka bulan bahasa dan sastra sudah dimulai sejak Maret 2008 dan akan berakhir pada 1 November saat ditutupnya Kongres IX Bahasa Indonesia di Hotel Bumi Karsa, Jakarta.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, bulan bahasa dan sastra disemaraki debat bahasa antarmahasiswa, festival musikalisasi puisi antar-SMU tingkat nasional, bengkel sastra untuk siswa SLTP dan SLTA, dan pentas sastra untuk umum. Selain itu, menurut Humas Bulan Bahasa dan Sastra 2008 Syamsarul, juga dimeriahkan sayembara penulisan proposal penelitian bahasa dan sastra, penulisan puisi bagi siswa SD, penulisan cerpen bagi remaja, dan penulisan esai pengajaran bahasa bagi guru SD.
Kegiatan lainnya adalah pemberian Piala Adibahasa untuk provinsi pengguna bahasa Indonesia terbaik, penghargaan bagi tokoh masyarakat dan media massa cetak pengguna bahasa Indonesia terbaik, pemilihan duta bahasa, seminar kebahasaan dan kesastraan, lomba kaligrafi dan poster bahasa indonesia, serta pameran dan layanan kebahasaan dan kesastraan.
Pada sambutannya, Dr Dendy Sugono menyampaikan catatan bahwa pada satu sisi bahasa Indonesia berkembang pesat menjadi bahasa modern yang memadai untuk digunakan sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi, pada sisi lain, seiring derasnya arus informasi global, bahasa Indonesia mulai tampak terpinggirkan dan makin kurang dihargai oleh masyarakatnya sendiri yang makin menggandrungi bahasa asing.
Tentu, seperti kata Dr Dendy, Pusat Bahasa tidak bersikap memusuhi bahasa asing, namun menghendaki agar penempatan dan penggunaan bahasa asing, Indonesia, dan daerah, lebih disesuaikan dengan proporsi dan konteks masing-masing. Dan, untuk mengatur semua itulah UU Kebahasaan disiapkan.
Kongres bahasa
Puncak kegiatan bulan bahasa sekaligus puncak Tahun Bahasa adalah Kongres IX Bahasa Indonesia. Menurut Syamsarul, kongres bahasa tahun ini berskala internasional dengan menghadirkan para pembicara dari dalam dan luar negeri. Para pakar bahasa dan sastra yang selama ini telah melakukan penelitian dan mengembangkan bahasa Indonesia di luar negeri memang sudah sepantasnya diberi kesempatan untuk memaparkan pandangannya dalam kongres.
Kongres mengambil tema yang cukup luas dan menarik, yakni Bahasa Indonesia Membentuk Insan Indonesia Cerdas Kompetitif di Atas Fondasi Peradaban Bangsa. Sedangkan pokok bahasannya meliputi, pertama, bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan penggunaan bahasa asing. Kedua, sastra Indonesia dan sastra daerah. Ketiga, pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, daerah, dan asing. Keempat, pengajaran bahasa Indonesia bagi orang asing. Dan, kelima, penggunaan bahasa Indonesia di media massa.
Sesuai dengan tema dan pokok bahasan tersebut, secara umum kongres bahasa bertujuan meningkatkan peran bahasa dan sastra Indonesia dalam mewujudkan insan Indonesia cerdas kompetitif menuju Indonesia yang bermartabat, berkepribadian, dan berperadaban unggul. Suatu tujuan yang sangat ideal dan pantas untuk kita dukung.
* Ahmadun Yosi Herfanda, Wartawan Republika
Sumber: Republika, Minggu, 12 Oktober 2008
No comments:
Post a Comment